Jumat, 06 September 2019

KELUARGA ADALAH....


Membaca pemberitaan akhir-akhir ini tentang pembunuhan  yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya, seorang suami yang membunuh istri, istri yang membakar suami, dan banyak lagi perisitiwa kriminal yang pelakunya adalah anggota keluarga yang seharusnya saling menyayangi. Dalam perspektif kriminologi, perbuatan ini disebut dengan familicide. Familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga. Dari total kasus yang diketahui, hampir setengahnya, si pembunuh kemudian berakhir dengan bunuh diri.

Sangat menyedihkan, ketika keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan, juga menjadi syurga bagi sebagian orang, menjadi tempat untuk bertemu dengan orang-orang tercinta,  akhirnya harus mengalami peristiwa  seperti berita di atas. Fungsi keluarga sebagai tempat untuk berlindung sepertinya sudah mengalami pergeseran. Ada yang salah untuk mengartikan makna keluarga yang sesungguhnya. Ada  salah persepsi dan tanggapan  untuk mengartikan  keluarga sebagai kekayaan  terindah dalam kehidupan ini.

Keluarga  adalah pelabuhan,  tempat  bersandar untuk melepaskan lelah kita, tempat untuk bercerita dengan anggota keluarga, tempat menumpahkan tangisan dan keluh kesah  setelah sekian lama  bertemu dengan berbagai persoalan yang menyita perhatian dan kehidupan kita. Keluarga yang sebenarnya adalah ketika kita menemukan senyum-senyum yang dengan penuh keiklasan mau menerima kita apa adanya. Keluarga yang sebenarnya adalah ketika kita menemukan pelukan dan dekapan saat kita membutuhkan  kehangatan kasih dan sayang.

Kehidupan adalah permasalahan, dan permasalahan adalah tantangan yang harus dihadapi serta diselesaikan. Ada yang berhasil menyelesaikan masalah dengan baik, tapi ada juga yang kemudian menyerah kalah, dan akhirnya mengalami depresi.  Ketika seseorang sudah depresi segala tindakan bisa jadi tidak masuk akal  atau malah tidak logis lagi, dan dengan keadaan ini segala tindakan akan berada di luar kontrol manusia normal. 

Berkomunikasi dengan orang lain mungkin bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, walau benar, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan komunikasi. Tapi paling tidak dengan komunikasi ada beban yang berkurang, ada beban yang terangkat. Dan komunikasi yang paling baik adalah saat kita berkomunikasi dengan Sang Pencipta, Sang Maha Bijaksana. Berkeluh kesahlah padaNya, mengadulah padaNya, karena Dialah Sang Hebat yang akan menolong kita untuk menyelesaikan satu persatu masalah kita. Jadi, tetap semangat untuk hidup yang hebat ini.....

Kamis, 05 September 2019

SAAT-SAAT ITU...


Pagi membuka mata....
Hari ini aku diingatan pada sebuah janji yang aku buat untuk diriku sendiri untuk menulis. Bangun tidur, seabrek kegiatan sudah menanti, teriakan-teriakan, ocehan dan ngomel, Oh My God  itu adalah hal yang tidak aku bisa hindari tiap pagi. Tapi tunggu dulu.... kenapa harus mengeluh, bukankah itu sudah aku jalani bertahun-tahun, itu adalah rutinitas yang saban hari menjadi sarapanku.  Ah kenapa nggak menganggap bahwa ini adalah hal yang asyik, sesuatu yang mungkin akan aku rindukan suatu hari kelak.

Dulu ketika masih sekolah, rasanya pengen cepat-cepat selesai, entah itu SD, SMP, atau SMA, pokoknya rasanya pengen cepat-cepat lulus terus kuliah. Sekarang setelah selesai kuliah, kerja, dan berkeluarga rasanya pengen kembali ke masa-masa itu. Mengingat-ingat betapa sebenarnya saat sekolah adalah saat yang paling menyenangkan dan menggelikan, dimarahi guru, dijewer, dijemur, menyontek, cinta monyet. Mengenangkan  betapa dulu sangat bodoh ketika diberikan soal yang sebenarnya mudah tapi merasa kebingungan untuk menjawabnya. Masa-masa itu selalu akan selalu membuat kita tersenyum....

Masih ingat saat SMP, waktu itu pelajaran matematika, pelajaran yang diterjemahkan dengan “Makin Tekun Makin Tak Karuan” dengan guru yang super galak. Merasa tak mengerjakan PR aku memilih duduk di bangku pojok belakang, aku cuma berharap lolos dari ujung jari telunjuknya. Tapi nasip berkata lain karena ujung telunjuk itu mengarah kepadaku, dengan pasrah aku berjalan menuju papan tulis.  Aku  berdoa semoga aku diberikan pencerahan, ya paling nggak aku bisa menuliskan soal dengan baik, karena mustahil aku bisa menjawab soal itu. Pelan, dengan tak pasti aku mulai mengerjakan soal itu, sedikit-demi sedikit sampai akhirnya soal itu bisa kukerjakan (entah benar atau salah). Setelah soal selesai kutuliskan di papan tulis,  aku harus segera menjelaskan cara mengerjakan soal itu, tapi karena aku nggak menguasai materi itu akhirnya satu cubitan mendarat di pinggangku. Wow....sakit....

Mengingat-ingat sesuatu dari masa lalu itu, rasanya geli sekaligus memalukan. Saat itu mungkin aku merasa sangat jengkel, tapi saat ini...ah rasa itu sudah terlupakan. Aku malahan sering kali mengingatnya, mengenangnya sebagai bagian kehidupan yang sangat aku rindukan. Suatu hari bahkan aku menginginkan untuk kembali bertemu dengan bapak itu, ingin meminta maaf karena dulu sudah jadi murid yang bodoh dan menjengkelkan.
Ada banyak masalah dalam hidup ini, tapi yakinlah itu akan bisa kita lalui, kita adalah manusia kuat yang tidak mungkin akan jatuh hanya karena masalah-masalah kecil, tak ada gunanya mengeluh, karena mengeluh hanya akan membuat kita selalu mencari kambing hitam atas masalah yang kita temui.

Ayo semangat....jangan loyo-loyo (meminjam yel-yelnya anak pramuka)

Selasa, 03 September 2019

SETELAH SEKIAN LAMA...


Hari ini iseng aku membuka blogku, terakhir aku post tulisan tanggal 25 Desember 2018, wah udah lama banget...hampir setahun.
Aku baca satu dari tulisan itu, dan entahlah ada perasaan lain ketika kemudian aku menemukan bahwa tulisanku itu sebenarnya lumayan bagus,  begitu hebat sih menurutku, aku  tidak menyangka bahwa tulisan-tulisan  itu aku yang menulisnya, dan tiba-tiba ada perasaan kangen untuk memulai menulis lagi.

Sebenarnya aku  tidak begitu sibuk,  aku saja yang sering kurang kerjaan dan mencari-cari pekerjaan,  mencari-cari masalah yang pada akhirnya sering menyulitkan aku sendiri. Kenapa aku tidak  berfikir untuk menulis lagi, karena ternyata,  dengan menulis memberiku sebuah kebahagiaan,  sebuah ketenangan, sebuah kebanggaan.  Bukankah  menulis itu sebuah perkerjaan yang penuh prestise,  bukankah tidak semua orang bisa melakukannya, bukankah hanya orang-orang cerdas yang bisa melakukan itu...? (hehehehe....)

Ada banyak cerita dan kisah-kisah inspiratif yang bisa dijadikan bahan tulisan, bahkan  kehidupan sehari-hari sebenarnya merupakan ceruk yang didalamnya tersimpan begitu banyak kejutan. Bukankah banyak hal besar yang dimulai dari hal-hal sepele di sekeliling kita. Kehidupan ini adalah lahan tulisan, tinggal bagaimana seorang penulis mampu untuk membangunnya menjadi pondasi, merangkainya sebagai rangka-rangka kehidupan, untuk selanjutnya dihiasi dengan sudut pandang dan opini yang  berguna untuk diri sendiri maupun orang lain.

Kenapa takut untuk memulai, padahal garis start belum dibentangkan, kenapa menginginkan sebuah akhir padahal perlombaan belum dimulai...?. Jujur, disini aku merasa kalah, aku mampu melakukan apapun untuk pekerjaaan, untuk  orang lain, atau untuk sesuatu yang aku yakini benar, tapi kenapa aku tidak pernah membiarkanku bertumbuh dengan semua potensi yang diberikan Allah, kenapa aku begitu pelit untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan untuk diriku sendiri, membiarkanku larut dengan masalah-masalah yang sepertinya tidak pernah habis, berkutat dengan segala persoalan yang sepertinya kian lama kian menghimpitku. Ada apa denganku ini...

Menyadari bahwa aku bisa bahagia dengan menulis, harusnya aku menulis, aku yakin dengan menulis kepalaku akan dipenuhi dengan ide-ide ataupun pikiran-pikiran hebat yang aku bisa tularkan untuk orang-orang yang membaca tulisanku. Mendengarkan  lagu, menghadap laptop dengan ditemani secangkir teh seperti siang ini,  merangkai kata-kata dan kalimat-kalimat bersama energi positif  yang aku yakin akan membuat hidup ini menjadi lebih baik.  Sekarang tinggal menanamkan keyakinan dalam diri bahwa menulis itu butuh sebuah tanggung jawab dan konsistensi.  Barangkali kegiatan menulis ini adalah me time, dan aku harus melakukan  itu.
Besok aku harus menulis lagi....