Minggu, 27 November 2022
Gitu Aja Kok Repot...
Jika kamu merasa bebanmu lebih berat, itu karena Tuhan melihatmu lebih kuat daripada yang lain. Wow... memotivasi banget kalimat tadi. Tapi meyakini kalau kita lebih kuat dari yang lain kok ya susah ya? Apalagi kalau kita menumbuhkan keyakinan itu pada saat kita terpojok, saat berderai-derai air mata, saat kita sedang jatuh, tertimpa tangga, dan ketumpahan cat... Pokoknya saat harapan kita tak sesuai dengan kenyataan pasti kita terpuruk. Kita merasa paling sengsara, ditambah lagi tetangga sebelah kok terlihat lebih bahagia. Tetangga sebelah sepertinya memiliki semua mimpi yang selama ini kita inginkan. Lengkap deh kesengsaraan kita….
Beban hidup yang berat kadang membuat kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. Kita menghitung-hitung kebahahagiaan yang dimiliki orang lain, lantas menghitung kesengsaraan yang kita punyai. Ya nggak berimbang kalau seperti itu, yang bener tuh kita bikin sebuah list. Satu list isinya adalah kebahagiaan, satu list isinya kesengsaraan, kesedihan, atau kekecewaan kita. Tapi untuk mengisi list ini diperlukan kejujuran ya Bro, kita nggak boleh curang, jangan hanya mengisi kebahagiaan kita dengan hal-hal besar dan hebat semisal, saat kita beli mobil, beli rumah, atau mendapatkan undian berhadiah. List kebahagiaan itu bisa juga diisi dengan sesuatu yang sederhana, misalnya sepanjang tahun 2022 ini diberikan kesehatan, pasangan membelikan paket data, anak dapat juara 2 lomba mewarnai di kelasnya, dapat doorprize gelas plastic sewaktu belanja, dan lain-lain. Nah untuk list kesengsaraan kita isi dengan hal yang menurut kita menyedihkan, misalnya belum bisa pulang kampung saat lebaran, dompet kecopetan, pulang kerja kehujanan, belum bisa ikut reunian sama teman-teman SMA, dan lain-lain.
Sekarang coba bandingin, lebih banyak mana coba isinya, jujur-jujuran ya Bro, pasti banyak list kebahagiaan kita. Apalagi kalau ditambah dengan fakta lain, kita punya tetangga yang baik, bunga yang kita tanam tumbuh subur, kelinci yang kita piara anaknya banyak, kita bisa berbagi rejeki dengan teman di kantor. Udahlah kebahagiaan dan kesedihan itu nggak akan pernah sebanding. Salahnya manusia itu ya, siap untuk bahagia dan nggak siap untuk sengsara. Anehnya manusia itu ya, kerjaan menghitung setiap kerugian. Kalau kayak gitu terus, sepanjang hidup kita akan meratapi kesengsaraan.
Saat kita terpuruk atau jatuh mungkin ada yang berpikir kalau kita tak akan sanggup melewatinya, tapi ternyata… kita mampu kok melewati semua itu. Bener sih, kita lewati semua itu dengan jatuh bangun dan bangun jatuh. Ketika datang persoalan lagi kita jatuh lagi, bangun lagi. Dengan cucuran keringat, cucuran air mata, cucuran air hujan dari genteng tetangga, akhirnya kita bisa melewati persoalan itukan. Selalu seperti itu, tapi lama- kelamaan kita belajar menghadapi semua itu, kita belajar mensiasati masalah, kita belajar bangun pada saat saat jatuh, kita belajar menyeka setiap tetesan air mata pada saat kita harus menangis dan kecewa.
Dengan masalah kita diajarkan untuk tidak goyang saat badai kehidupan menghantam, dengan masalah kita diajarkan untuk tetap tegar, kita ini kuat!. Jadi sudahlah, toh bukan kita sendiri yang punya masalah, orang lain juga punya masalah kok, tapi mungkin sudut pandang yang digunakan untuk mengahadapi masalah itu berbeda dengan kita. Mereka lebih kuat, lebih tegar dan tentunya mereka lebih cerdas Bro! Kalau perlu belajar sama mereka, bagaimana cara menghadapi masalah, biar kita ikut cerdas…. Ahahaaahahaaa.
Bijak aja sih, kita bisa mengambil hikmah atas semua masalah yang diberikan kepada kita. Bahwa luka-luka itu akan mendewasakan, bahwa setiap musibah itu akan menegakkan. Jangan berpikir “beban beratnya”, tapi perpikirlah “Begitu kuatnya kita”. Tanamkan dalam diri kita bahwa “Saya Kuat, Saya lebih kuat, dan Saya paling kuat”. Jadi syukuri aja semua masalah itu.
Yakin saja, apa yang ada dalam fikiran kita itulah yang akan terjadi, ketika kita berpikir kita kuat, maka kuatlah kita, ketika kita berpikir kita lemah, maka lemahlah kita. Kita harus memberikan sugesti positif dalam pikiran kita bahwa kita akan mampu melewati saat-saat berat itu. Kenapa harus begitu, ya....karena sebenarnya Tuhan tidak akan pernah salah untuk memilih umat mana yang harus Dia berikan masalah itu.
Jadi jangan juga berfikir kalau manusia yang tidak pernah menghadapi masalah, manusia yang hidupnya menyenangkan, tampak bahagia, lempeng-lempeng tanpa beban itu adalah manusia yang disayangi Tuhan. Tuhan menyayangi kita dengan berbagai cara, salah satunya dengan selalu menguji kita, menguji kita dengan berbagai beban dan masalah. Jadi yakinilah kalimat “Jika kamu merasa bebanmu lebih berat daripada yang lain, itu karena Tuhan melihatmu lebih kuat daripada yang lain”, itu kalimat yang bener.
Jadilah dirimu sendiri, nggak usah iri dengan kehidupan orang lain, karena jangan-jangan orang lain itu juga pengen hidup kayak kita. Nah kita nggak tau kan…
Jangan hanya bersyukur ketika dapat rejeki doang, jangan hanya berucap Alhamdulillah saat kita menerima kabar baik, tapi syukuri juga ketika kita diberikan sakit, mengucapkan Alhamdulillahlah ketika kita tertimpa musibah. Apapun yag terjadi dalam hidup ini, asyikin aja, gitu aja kok repot.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Hari ini ada perasaan geli sekaligus sebel ketika aku harus mengajar di kelas XII IPS.3. Bagaimana nggak, dalam pembelajaran hari ini, mer...
-
T eks biografi termasuk teks narasi. Oleh karena itu, struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya, seperti cerpe...
-
Di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat, ungkapan itu mungkin sudah sering kita dengarkan. Terus dibalik wanita yang sukses ...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar