Selasa, 17 Mei 2022
KEBANGGAAN, EKSISTENSI, ATAU RASA PUTUS ASA...
Perlu dibuktikan, atau sebuah pembuktian itu masih jadi sebuah tanda tanya, karena ketika aku menulis ini aku sedang mendengarkan lagunya Trie Utami dan Utha Likumahua "Mana Mungkin Terjadi". Sebenarnya apa yang sedang terjadi ini, aku berjalan dengan rasa yang aku sendiri nggak tau namanya. Aku merasa kosong, tapi juga merasa terlalu penuh sesak...
Antara putus asa dan optimis aku berjalan menuju ke jalan berwarna abu-abu....
Ada tanggung jawab yang harus aku hadapi, tapi disisi lain aku merasa lelah dengan semua ini... menjadi idealis atau menjadi pecundang aku rasa akan sama saja...
Menjadi baik atau jahat juga tak akan ada artinya....
Hidup dan kehidupan ini menyodorkan pilihan, tapi memilih atau diam saja tak memberi makna apa-apa, dalam putus asa ini aku merasa semua begitu percuma.... Aku harus bagaimana...????
MEMBACA PERMULAAN
Membaca permulaan sering di versus kan dengan membaca lanjut sasarannya adalah pembaca pembaca pemula yang belum mengenal lambang-lambang bunyi bahasa di lingkungan sekolah. Yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar, sementara di lingkungan masyarakat atau di lingkungan pendidikan non-formal yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah mereka yang tergolong atau masyarakat yang masih buta aksara. Di lingkungan masyarakat para pembaca pemula tidak dibatasi oleh usia. Siapapun yang belum mengenal lambang bunyi Bahasa, tidak bisa melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa disebut pembaca pemula.
Golongan mereka sering disebut sebagai golongan buta aksara. Jenis membaca yang dipelajari adalah membaca permulaan. Dengan demikian membaca permulaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengenalan lambang-lambang bunyi bahasa dan pengubahan lambang-lambang bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi bahasa bermakna.
Dilihat dari tingkat literasi adanya masyarakat kita terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok iliterat atau buta aksara, aliterat atau malas membaca dan literat atau bisa dan biasa membaca. Kelompok iliterat dan aliterat sama buruknya bagi kualitas kehidupan, oleh karena itu kedua kondisi ini harus secara terus-menerus diberantas, diatasi dan diupayakan untuk menjadi literat.
Golongan masyarakat kita yang masih buta aksara hingga saat ini masih menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan data statistik PBB pada 2005 tentang daftar peringkat kemelekhurufan negara-negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 85 dari 175 negara. Di Indonesia sendiri saat ini terdapat 10 provinsi yang tingkat kebutahurafannya tergolong tinggi. Dikatakan tinggi jika angka kebutaan aksaranya itu di atas 10%. Provinsi-provinsi yang tergolong kebutaaksaraannya tinggi itu di antaranya provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat serta Sulawesi Selatan. Di sisi lain dewasa ini telah dicanangkan program millenium development course yang salah satu tujuannya adalah target pencapaian penyelesaian politik dasar primary school bagi siapapun pada 2015.
Pengajaran membaca permulaan menurut Ngurah Oka (1983: 71) lebih ditujukan pada pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca. Dasar-dasar dimaksud antara lain, kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerak mata dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana.
R. Masri Sareb Putra (2008 : 4) menjelaskan membaca permulaan itu diperuntukkan bagi siswa kelas 1 sampai 3 SD. Pendekatan pembelajarannya difokuskan terhadap pengkondisian siswa untuk masuk dan mengenal bacaan. Pemahaman mendalam akan materi bacaan belum menjadi perhatian. Konsekuensi dari fokus penekanan pembelajaran membaca permulaan tersebut maka orientasi pembelajaran lebih diarahkan pada pengenalan lambang bunyi, pelafalan lambang bunyi, kelancaran dan ketepatan pengucapan lambang-lambang bunyi. Oleh karenanya pembelajaran membaca permulaan lebih menekankan kegiatan membaca nyaring dan membaca teknis.
Membaca permulaan diberikan kepada para pemula yang belum bisa membaca atau kepada anggota masyarakat yang tergolong buta aksara melalui pendidikan non formal dan pendidikan nonformal. Pemerintah menyediakan program-program pembelajaran untuk memberantas buta aksara melalui program paket A. salah satu sasaran yang ingin dicapai pemerintah pada era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono adalah menurunkan angka buta aksara dari sekitar 10% menjadi 5% pada 2015, oleh karenanya program penurunan buta aksara telah dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal.
Pada awal-awal anak memasuki dunia sekolah di Sekolah Dasar, paket pelajaran pertama dan utama yang diberikan dan dilatihkan kepada siswa kelas 1 adalah keterampilan membaca menulis dan berhitung. Keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang diberikan secara simultan melalui paket pembelajaran membaca menulis permulaan MMP. Pada keterampilan tersebut berimplikasi pada sasaran dan tujuan pembelajarannya.
Tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah istilah ini sering dimaksudkan dengan wacana secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan mengenali lambang-lambang bahasa tulis dan kemampuan membunyikannya atau melafalkannya dengan benar. Sebagai contoh si pembaca dapat membedakan dadu dan badu. Melalui pelafalan kedua kata itu meskipun pada awal masa pengenalan lambing itu boleh jadi si pembaca belum memahami artinya. perbedaan fonem b dan d pada kedua kata itu akan menyebabkan perbedaan makna.
Membaca permulaan sebaiknya berakhir di kelas 2 SD. Setelah itu program pembelajaran membaca permulaan secara berangsur harus sudah diarahkan pada kegiatan membaca lanjut. Pada kegiatan membaca permulaan jenis pembaca yang dilatihkan kepada anak adalah membaca nyaring dan membaca teknis. Dengan jenis membaca ini guru akan dapat mengontrol siswa yang belum bisa membaca bisa membaca tetapi belum lancar dan bisa membaca dengan lancer. Pengetahuan ini penting bagi guru untuk menentukan tindak lanjut pembelajaran membaca yang tepat untuk anak-anak didiknya.
Senin, 16 Mei 2022
KETERAMPILAN MENYIMAK
A. Pengertian Menyimak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakrawala pengetahuan diperkirakan 85% berasal dari hasil menyimak, tetapi yang tertinggal dalam ingatan hanya kira-kira 20%. Dengan demikian betapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan menyimak dalam kehidupan manusia. Jika hal ini disadari maka semua orang akan sepakat betapa pentingnya meningkatkan keterampilan menyimak.
Menurut Russel dan Russell (Tarigan 2008 : 30) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Menurut Tarigan dalam bukunya “Menyimak sebagai Keterampilan Berbahasa” (2008 ; 31) mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi serta interpretasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Sejalan dengan pernyataan di atas dapat ditegaskan kembali bahwa menyimak merupakan suatu proses. Sebagai sebuah proses peristiwa menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga di identifikasikan jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi serta interpretasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
B. Tujuan Menyimak
Tujuan menyimak menurut Tarigan (2008 :60) adalah sebagai berikut
- untuk belajar yaitu menyimak dengan tujuan utama agar memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara
- untuk menikmati keindahan audial.
- untuk mengevaluasi yaitu menyimak dengan maksud agar dapat menilai sesuatu yang disimak
- untuk mengapresiasi yaitu menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimak nya
- untuk mengomunikasikan ide ide gagasan gagasan atau perasaan perasaan kepada orang lain dengan lancar dan benar
- dengan maksud untuk dapat membedakan bunyi-bunyi yang tepat
- untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis
- secara persuasif yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat selama ini yang dia ragukan
Menurut Djago Tarigan (Ade Hilma, 2006 : 10) tujuan menyimak adalah mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara.
C. Fungsi Menyimak
Berikut ini beberapa fungsi menyimak (catur guna simak) Tarigan (2008 : 55)
- Agar dapat memberikan respons yang tepat
- memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi
- mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal
- membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
Pembelajaran menyimak di kelas rendah berfungsi sebagai upaya untuk menirukan lafal atau bunyi bahasa Indonesia yang baik dan benar, mengemukakan tema dan nilai dalam dongeng (misalnya siswa menyebutkan para tokoh dan perwatakannya), menceritakan kembali pesan yang telah disampaikan, menyusun petunjuk atau nasihat berdasarkan dongeng yang telah disimak.
D. Jenis-jenis Menyimak
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif atau extensive listening adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat dipergunakan bagi dua tujuan yang berbeda, contohnya adalah menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyimak radio televisi percakapan orang di pasar dan menyimak pengumuman. Menyimak ekstensif meliputi
- Menyimak sosial
Menyimak sosial atau social listening atau menyimak konversasional atau conversational listening ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain, untuk melihat respons-respons yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan dikatakan oleh seorang rekan. (Dawson dkk. 1963: 153)
- Menyimak sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan casual listening dan secara ekstensif listening.
- Menyimak estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif adalah fase terakhir dari menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
- Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar, yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala berlatih santai serta menguasai sesuatu bahasa.
2. Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tertulis
- Menyimak kritis
Menyimak kritis yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak. Definisi lain menurut Tarigan menyimak kritis yaitu sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari kesalahan atau kekeliruan kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat.
- Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif sering juga disebut studi tipe listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah.
- Menyimak kreatif
Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi penglihatan gerakan serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimak nya Dawson 1963 153.
- Menyimak eksploratif
Menyimak eksploratif adalah menyimak yang bersifat menyelidik dengan maksud dan tujuan untuk menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
- Menyimak interogatif.
Menyimak interogatif adalah sejenis menyimak yang lebih banyak menuntut konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-butur dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
- Menyimak selektif
Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal-hal tertentu yang sudah dipilih.
3. Ciri-ciri Menyimak intensif.
Ciri-ciri menyimak intensif menurut Kamidjan dan Suyono (2002:12) adalah:
- Menyimak intensif adalah menyimak pemahaman.
Pemahaman adalah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial dan sebagainya. Menyimak intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
- menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi.
Konsentrasi ialah memusatkan semua perhatian baik pikiran perasaan ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak. Agar menyimak dapat dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain menjaga pikiran agar tidak terpecah, perasaan tenang dan tidak bergejolak, perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan menyimak baik internal maupun eksternal.
- Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal .
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau resmi misalnya ceramah diskusi temu ilmiah dan sebagainya bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna
- Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.
Reproduksi ialah kegiatan yang mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tulis dan lisan.
4. Tahap-tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses, sudah barang tentu dalam proses ini terdapat tahapan-tahapan. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam proses menyimak
- Mendengarkan (hearing)
Mendengarkan dalam arti hearing didefinisikan sebagai aktivitas fisik, yaitu seseorang menerima suara melalui indra pendengaran. Oleh karena itu seseorang perlu mendengar agar dapat menyimak. Dalam tahap ini kita harus mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran dan pembicaraannya.
- Memahami (understanding)
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara
- Menginterpretasi (interpreting)
Penyimak yang baik yang cermat dan teliti belum puas jika hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
- Mengevaluasi (evaluating)
Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan isi pembicaraan sang penyimak pun mulai menilai dan mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara baik dari segi keunggulan dan kelemahan juga kebaikan dan kekurangan sang pembicara.
- Menanggapi (responding)
Menanggapi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.
Selain hal-hal di atas terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, diantaranya adalah alat dengar si pendengar, situasi dan lingkungan pembicaraan, konsentrasi penyimak kepada pembicaraan, pengenalan tujuan pembicaraan, pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-kalimat inti pembicaraan, kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat.
Langganan:
Komentar (Atom)
-
Hari ini ada perasaan geli sekaligus sebel ketika aku harus mengajar di kelas XII IPS.3. Bagaimana nggak, dalam pembelajaran hari ini, mer...
-
T eks biografi termasuk teks narasi. Oleh karena itu, struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya, seperti cerpe...
-
Di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat, ungkapan itu mungkin sudah sering kita dengarkan. Terus dibalik wanita yang sukses ...





