Selasa, 17 Mei 2022
MEMBACA PERMULAAN
Membaca permulaan sering di versus kan dengan membaca lanjut sasarannya adalah pembaca pembaca pemula yang belum mengenal lambang-lambang bunyi bahasa di lingkungan sekolah. Yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar, sementara di lingkungan masyarakat atau di lingkungan pendidikan non-formal yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah mereka yang tergolong atau masyarakat yang masih buta aksara. Di lingkungan masyarakat para pembaca pemula tidak dibatasi oleh usia. Siapapun yang belum mengenal lambang bunyi Bahasa, tidak bisa melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa disebut pembaca pemula.
Golongan mereka sering disebut sebagai golongan buta aksara. Jenis membaca yang dipelajari adalah membaca permulaan. Dengan demikian membaca permulaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengenalan lambang-lambang bunyi bahasa dan pengubahan lambang-lambang bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi bahasa bermakna.
Dilihat dari tingkat literasi adanya masyarakat kita terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok iliterat atau buta aksara, aliterat atau malas membaca dan literat atau bisa dan biasa membaca. Kelompok iliterat dan aliterat sama buruknya bagi kualitas kehidupan, oleh karena itu kedua kondisi ini harus secara terus-menerus diberantas, diatasi dan diupayakan untuk menjadi literat.
Golongan masyarakat kita yang masih buta aksara hingga saat ini masih menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan data statistik PBB pada 2005 tentang daftar peringkat kemelekhurufan negara-negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 85 dari 175 negara. Di Indonesia sendiri saat ini terdapat 10 provinsi yang tingkat kebutahurafannya tergolong tinggi. Dikatakan tinggi jika angka kebutaan aksaranya itu di atas 10%. Provinsi-provinsi yang tergolong kebutaaksaraannya tinggi itu di antaranya provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat serta Sulawesi Selatan. Di sisi lain dewasa ini telah dicanangkan program millenium development course yang salah satu tujuannya adalah target pencapaian penyelesaian politik dasar primary school bagi siapapun pada 2015.
Pengajaran membaca permulaan menurut Ngurah Oka (1983: 71) lebih ditujukan pada pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca. Dasar-dasar dimaksud antara lain, kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerak mata dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana.
R. Masri Sareb Putra (2008 : 4) menjelaskan membaca permulaan itu diperuntukkan bagi siswa kelas 1 sampai 3 SD. Pendekatan pembelajarannya difokuskan terhadap pengkondisian siswa untuk masuk dan mengenal bacaan. Pemahaman mendalam akan materi bacaan belum menjadi perhatian. Konsekuensi dari fokus penekanan pembelajaran membaca permulaan tersebut maka orientasi pembelajaran lebih diarahkan pada pengenalan lambang bunyi, pelafalan lambang bunyi, kelancaran dan ketepatan pengucapan lambang-lambang bunyi. Oleh karenanya pembelajaran membaca permulaan lebih menekankan kegiatan membaca nyaring dan membaca teknis.
Membaca permulaan diberikan kepada para pemula yang belum bisa membaca atau kepada anggota masyarakat yang tergolong buta aksara melalui pendidikan non formal dan pendidikan nonformal. Pemerintah menyediakan program-program pembelajaran untuk memberantas buta aksara melalui program paket A. salah satu sasaran yang ingin dicapai pemerintah pada era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono adalah menurunkan angka buta aksara dari sekitar 10% menjadi 5% pada 2015, oleh karenanya program penurunan buta aksara telah dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal.
Pada awal-awal anak memasuki dunia sekolah di Sekolah Dasar, paket pelajaran pertama dan utama yang diberikan dan dilatihkan kepada siswa kelas 1 adalah keterampilan membaca menulis dan berhitung. Keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang diberikan secara simultan melalui paket pembelajaran membaca menulis permulaan MMP. Pada keterampilan tersebut berimplikasi pada sasaran dan tujuan pembelajarannya.
Tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah istilah ini sering dimaksudkan dengan wacana secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan mengenali lambang-lambang bahasa tulis dan kemampuan membunyikannya atau melafalkannya dengan benar. Sebagai contoh si pembaca dapat membedakan dadu dan badu. Melalui pelafalan kedua kata itu meskipun pada awal masa pengenalan lambing itu boleh jadi si pembaca belum memahami artinya. perbedaan fonem b dan d pada kedua kata itu akan menyebabkan perbedaan makna.
Membaca permulaan sebaiknya berakhir di kelas 2 SD. Setelah itu program pembelajaran membaca permulaan secara berangsur harus sudah diarahkan pada kegiatan membaca lanjut. Pada kegiatan membaca permulaan jenis pembaca yang dilatihkan kepada anak adalah membaca nyaring dan membaca teknis. Dengan jenis membaca ini guru akan dapat mengontrol siswa yang belum bisa membaca bisa membaca tetapi belum lancar dan bisa membaca dengan lancer. Pengetahuan ini penting bagi guru untuk menentukan tindak lanjut pembelajaran membaca yang tepat untuk anak-anak didiknya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Hari ini ada perasaan geli sekaligus sebel ketika aku harus mengajar di kelas XII IPS.3. Bagaimana nggak, dalam pembelajaran hari ini, mer...
-
T eks biografi termasuk teks narasi. Oleh karena itu, struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya, seperti cerpe...
-
Di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat, ungkapan itu mungkin sudah sering kita dengarkan. Terus dibalik wanita yang sukses ...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar