Hari ini kita coba memberanikan diri untuk menulis tentang sisi negatif
yang selama ini sering kita sembunyikan. Nggak munafiklah kalau semua orang itu
pasti punya sisi yang kurang baik, makanya terus hadir ungkapan “Manusia memang
bukan makluk yang sempurna”. Sayangnya,
tidak semua orang berani mengakui bahwa dia memiliki sisi-sisi itu. Hampir
semua manusia selalu mengatakan bahwa dirinya baik, pintar, pengertian,
memahami orang lain, dan segudang sebutan yang berkonotasi positif. Tapi kalau
istilah pemalas, pemarah, sombong, pembohong pasti kita lekatkan untuk orang
lain yang pasti bukan kita. Bisa ya
kayak gitu, ya iyalah “Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, sedangkan semut
di seberang lautan kelihatan” itu kan
berarti kita selalu bisa mengkoreksi kesalahan atau kekurangan orang lain, tapi
untuk mengoreksi kesalahan sendiri ya...mana sempat. Kan memang lebih asyik
menggunjingkan orang lain daripada membicarakan diri sendiri, padahal
jangan-jangan aib kita lebih ..........
Kalau kita harus menuliskan beberapa
kata yang mencerminkan sisi negatif kita, kita akan berpikir
berulang kali untuk menemukan satu kata saja, tapi kalau kita harus menuliskan
hal baik kita, maka puluhan kata dengan predikat positif akan
sangat mudah kita temukan. Coba tengok lebih
dalam, lebih dalam lagi dan jujurlah bahwa sebenarnya nggak sepenuhnya kita itu
baik. Koreksi lebih lanjut bahwa sebenarnya kita pribadi yang ceroboh, penakut,
malas, sok pintar, pembohong dan kadang-kadang kita juga sombong.
Pernahkan mengalami kejadian, saat semua pekerjaan kita seharusnya
selesai tapi jadi tertunda gara-gara
kita melupakan sebuah hal sepele, kita melupakan sesuatu. Sebenarnya itu terjadi karena kita ceroboh, tidak menghitung secara
cermat apa yang kita kerjakan, tapi karena kita nggak mau dikatakan ceroboh ,
akhirnya kita mencari-cari kambing hitam supaya kita tidak dipersalahkan. Kalau
kita menyadari kalau kita ceroboh, ke depannya kita pasti berhati-hati dalam
setiap tindakan yang kita kerjakan. Mengingat, mencatat, dan berpikir
njlimet untuk setiap pekerjaan kita kayaknya nggak
salah, perlu juga untuk selalu berhati-hati dan berpikir berulang agar
kelalaian-kelalaian itu dapat kita minimalisir.
Ambil hikmah atas kecerobohan itu,
jangan selalu menyalahkan orang lain untuk kelalaian yang kita lakukan.
Di samping ceroboh kadang-kadang kita juga
penakut. Takut itu bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari takut yang
bawaan orok, takut karena trauma, takut dipersalahkan dan lain-lain. Contoh kecil
saja ketika Big Bos salah kostum dalam sebuah acara, kita biasanya mendiamkan
saja kejadian itu. Mengingatkan Bos, kok kesannya ngatur-ngatur gitu, nggak
diingetin kok Bos jadi bahan omongan. Orang yang penakut biasanya tidak mau ambil resiko untuk hal-hal seperti itu, jadi memilih untuk diam.
Padahal belum tentu juga Bos marah karena kita ingetin, siapa tahu Bos
menganggap kita bawahan yang penuh perhatian dan loyalitas, dan endingnya Bos
jadi sayang sama kita....tapi kalau
kita takut ambil resiko, kita tidak akan pernah bertemu dengan hal-hal hebat di luar dugaan kita.
Di samping ceroboh dan penakut kita
ternyata juga orang yang malas, jangankan untuk kepentingan orang lain, bahkan untuk kepentingan masa depan
kita sendiri saja kita sangat malas. Kita malas belajar, akibatnya nilai kita
jatuh, kita malas bangun pagi akibatnya kita kesiangan, kita malas bergaul
akibatnya kita tidak punya teman, kita malas mandi akibatnya badan kita
gatal-gatal, dan banyak malas-malas lain yang melekat pada diri kita. Tapi kalau
orang lain mengatakan kita pemalas, wah jangan tanya...kita pasti nggak terima.
Untuk diri kita sendiri kita begitu malas apalagi kalau sampai harus menolong
orang lain, bersedekah, tersenyum, minta maaf, mengucapkan terimakasih. Wow...rasanya gimana ya....
Padahal kalau kita mau berpikir bijak
tidak semua hal negatif itu jelek lho. Contohnya sifat malas, bagaimana kalau
kemudian kita asosiasikan dengan malas untuk bangun siang, malas untuk
ngomongin orang lain, malas untuk mendapatkan nilai ujian jelek, malas untuk
tinggal diam, dan malas-malas lain yang kemudian menggiring kita untuk
berperilaku positif. Keren juga kan.... Yang jelas adalah
bagaimana mengelola hal-hal negatif kita itu menjadi sebuah motivasi agar hidup
kita menjadi lebih baik, menghilangkan sama sekali sifat itu jelas nggak
mungkin, namun kita bisa menguranginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar