Senin, 10 Desember 2018

ADAKAH SISI NEGATIF KITA....?


Hari ini kita coba memberanikan diri untuk menulis tentang sisi negatif yang selama ini sering kita sembunyikan. Nggak munafiklah kalau semua orang itu pasti punya sisi yang kurang baik, makanya terus hadir ungkapan “Manusia memang bukan makluk yang sempurna”.  Sayangnya, tidak semua orang berani mengakui bahwa dia memiliki sisi-sisi itu. Hampir semua manusia selalu mengatakan bahwa dirinya baik, pintar, pengertian, memahami orang lain, dan segudang sebutan yang berkonotasi positif. Tapi kalau istilah pemalas, pemarah, sombong, pembohong pasti kita lekatkan untuk orang lain yang pasti bukan kita.  Bisa ya kayak gitu, ya iyalah “Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, sedangkan semut di seberang lautan kelihatan”  itu kan berarti kita selalu bisa mengkoreksi kesalahan atau kekurangan orang lain, tapi untuk mengoreksi kesalahan sendiri ya...mana sempat. Kan memang lebih asyik menggunjingkan orang lain daripada membicarakan diri sendiri, padahal jangan-jangan aib kita lebih ..........
Kalau kita harus menuliskan beberapa kata yang mencerminkan sisi negatif kita, kita akan berpikir berulang kali untuk menemukan satu kata saja, tapi kalau kita harus menuliskan hal baik  kita,  maka puluhan kata dengan predikat positif akan sangat mudah kita temukan. Coba tengok lebih dalam, lebih dalam lagi dan jujurlah bahwa sebenarnya nggak sepenuhnya kita itu baik. Koreksi lebih lanjut bahwa sebenarnya kita pribadi yang ceroboh, penakut, malas, sok pintar, pembohong dan kadang-kadang kita juga sombong.

Pernahkan mengalami kejadian,  saat semua pekerjaan kita seharusnya selesai  tapi jadi tertunda gara-gara kita melupakan sebuah hal sepele, kita melupakan sesuatu.  Sebenarnya itu terjadi  karena kita ceroboh, tidak menghitung secara cermat apa yang kita kerjakan, tapi karena kita nggak mau dikatakan ceroboh , akhirnya kita mencari-cari kambing hitam supaya kita tidak dipersalahkan. Kalau kita menyadari kalau kita ceroboh, ke depannya kita pasti berhati-hati dalam setiap tindakan yang kita kerjakan.  Mengingat, mencatat, dan berpikir njlimet  untuk  setiap pekerjaan kita kayaknya nggak salah,  perlu juga untuk selalu  berhati-hati dan berpikir berulang agar kelalaian-kelalaian itu dapat kita minimalisir.  Ambil hikmah atas kecerobohan itu, jangan selalu menyalahkan orang lain untuk kelalaian yang kita lakukan.

Di samping ceroboh kadang-kadang kita juga penakut. Takut itu bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari takut yang bawaan orok, takut karena trauma, takut dipersalahkan dan lain-lain. Contoh kecil saja ketika Big Bos salah kostum dalam sebuah acara, kita biasanya mendiamkan saja kejadian itu. Mengingatkan Bos,  kok kesannya ngatur-ngatur gitu, nggak diingetin kok Bos jadi bahan omongan. Orang yang penakut biasanya tidak  mau ambil resiko untuk hal-hal seperti itu, jadi memilih untuk diam. Padahal belum tentu juga Bos marah karena kita ingetin, siapa tahu Bos menganggap kita bawahan yang penuh perhatian dan loyalitas, dan endingnya Bos jadi sayang sama kita....tapi kalau kita takut ambil resiko,  kita tidak akan pernah bertemu dengan hal-hal  hebat di luar dugaan kita.

Di samping ceroboh dan penakut kita ternyata juga orang yang malas,  jangankan untuk kepentingan orang lain, bahkan untuk kepentingan masa depan kita sendiri saja kita sangat malas. Kita malas belajar, akibatnya nilai kita jatuh, kita malas bangun pagi akibatnya kita kesiangan, kita malas bergaul akibatnya kita tidak punya teman, kita malas mandi akibatnya badan kita gatal-gatal, dan banyak malas-malas lain yang melekat pada diri kita. Tapi kalau orang lain mengatakan kita pemalas, wah jangan tanya...kita pasti nggak terima. Untuk diri kita sendiri kita begitu malas apalagi kalau sampai harus menolong orang lain, bersedekah, tersenyum, minta maaf, mengucapkan terimakasih. Wow...rasanya gimana ya....

Padahal kalau kita mau berpikir bijak tidak semua hal negatif itu jelek lho. Contohnya sifat malas, bagaimana kalau kemudian kita asosiasikan dengan malas untuk bangun siang, malas untuk ngomongin orang lain, malas untuk mendapatkan nilai ujian jelek, malas untuk tinggal diam, dan malas-malas lain yang kemudian menggiring kita untuk berperilaku positif. Keren juga kan.... Yang jelas adalah bagaimana mengelola hal-hal negatif kita itu menjadi sebuah motivasi agar hidup kita menjadi lebih baik, menghilangkan sama sekali sifat itu jelas nggak mungkin, namun kita bisa menguranginya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar