Minggu, 23 Desember 2018
CERITA TUKANG SEMANGKA....
Hari itu, dalam sebuah perjalanan saya memutuskan untuk membeli buah semangka. Saya memarkir Mio merah saya di samping kedai buah yang kebetulan menjual buah semangka. “Bang, berapa...?” tanya saya sambil menunjuk semangka yang digantung. “Oh itu 15 ribu mbak, semangkanya sudah tua dan saya jamin matang” jawab abang tukang semangka itu dengan ramah. “10 ribu ya Bang....” tawar saya. “Belum Mbak, tapi kalau Mbaknya beli 2 saya kasih 25 ribulah”. “Oh gitu ya, tapi dipilihin yang merah ya Bang...” pinta saya lagi. “Tenang Mbak saya nanti pilihkan yang bagus”. Abang tadi segera memilih-milih semangka untuk saya. Mengangkatnya, mengetuk-mengetuk dengan jari-jarinya seolah-olah memastikan bahwa semangka yang dipilihnya adalah semangka yang tua dan bagus, sampai sebuah mobil dengan plat jauh berhenti di depan kedai buah itu.
Tanpa turun, pengemudi mobil tadi bertanya “Bang itu semangka berapa duit...!” tanyanya dengan nada yang agak tinggi. Abang tadi menoleh ke arah buah semangka yang ditunjuk pengemudi mobil. “30 ribu pak...” jawab abang tukang semangka. “Wah mahal amat, 15 ribu ya.... cari untung jangan banyak-banyaklah nanti cepat kaya kamu...” tawarnya kemudian. “Sudah harganya lho Pak, kalau Bapak mau iya, tapi kalau 15 ribu belum bisa” Abang tukang semangka menjawab dengan santai. “20 ribu aja ya, saya mau ambil 2 ini...!”. Abang tukang semangka masih menggeleng pertanda dia tidak menyetujui tawaran si pengemudi mobil. “Kalau Bapak mau ambil 2, saya kasih 50 ribu, gimana....?”. Akhirnya setelah agak lama berdebat bapak pengemudi mobil tadi membayar 50 ribu untuk 2 semangkanya.
Saya terdiam bingung dengan kejadian tadi, bagaimana tidak....saya membayar 25 ribu untuk 2 semangka sedangkan bapak tadi membayar 50 ribu untuk 2 semangka juga. Dan semangka yang kita beli warna dan ukurannya sama saja. Agaknya abang tukang semangka memahami kebingungan saya. “Kenapa Mbak bingung...?” dia bertanya. “Iyalah Bang, kok Bapak tadi lebih mahal, padahal kan semangkanya sama saja” jawabku. “ Saya sebenarnya bisa kasih harga sama dengan punya Mbak, tapi saya tidak suka dengan orang sombong seperti bapak tadi....” jawab Abang tukang semangka. Saya mengangguk dan berusaha mencerna kalimat Abang tukang semangka tadi, setelah membayar dan mengucapkan terimakasih saya melanjutkan perjalanan saya.
Di perjalanan saya berfikir tentang kejadian yang barusan saya alami. Saya melihat tukang semangka tadi adalah pribadi yang sopan dan ramah, tapi di samping itu dia juga manusia biasa yang juga ingin dihargai. Bapak pembeli tadi memang kurang sopan ketika mau membeli semangka, bukan hanya dia tidak turun dari mobilnya tapi juga cara menawar yang sepertinya kurang simpatik. Dia berusaha untuk menjatuhkan harga diri si penjual semangka sehingga abang tadi jadi tersinggung. Aaaah..... Dengan komunikasi yang baik sebenarnya kita diberikan banyak kemudahan, dengan komunikasi yang baik kita dihargai oleh orang lain, dengan komunikasi yang baik kita dihormati oleh orang lain, tapi kenapa banyak orang memilih cara komunikasi yang kurang baik ya......
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Hari ini ada perasaan geli sekaligus sebel ketika aku harus mengajar di kelas XII IPS.3. Bagaimana nggak, dalam pembelajaran hari ini, mer...
-
T eks biografi termasuk teks narasi. Oleh karena itu, struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya, seperti cerpe...
-
Di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat, ungkapan itu mungkin sudah sering kita dengarkan. Terus dibalik wanita yang sukses ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar