Senin, 11 November 2019

RASA PENASARAN ITU.....


Rasa penasaran itu akhirnya membawaku kembali ke kegiatan ini. Dunia yang 10 hari  lalu kuanggap sebagai dunia yang baru  dan asing, dunia yang penuh dengan pertanyaan atas sebuah rasa yang namanya kebingungan, dunia yang sama sekali tidak aku mengerti dan banyak membuat aku geleng-geleng kepala,  tapi ternyata dunia ini adalah sebuah dunia yang sedikit demi sedikit mulai aku bisa pahami sebagai dunia yang menyenangkan, sebuah dunia yang di dalamnya ternyata penuh dengan kejutan dan magig.

Ahhh... memang harusnya ada pola pikir yang harus dirobah, bahwa sesuatu yang tidak kenal tidak seharusnya kita hindari,  bahwa sesuatu yang baru tidak seharusnya kita anggap sebagai sesuatu yang  harus kita pinggirkan. Hal baru itu tentunya  memberikan warna tersendiri dalam kehidupan kita, bukankah sebuah lukisan menjadi indah  ketika ada banyak warna, bayangkan jika hidup kita hanya terdiri atas satu kegiatan yang itu-itu saja, tentu akan monoton dan membosankan, hidup kita akan kering dan merana, sama seperti lukisan yang tidak memiliki warna.

Di dunia baru ini, aku bertemu dengan banyak orang yang menyenangkan dari seluruh penjuru Indonesia, bertegur sapa, bekerja sama, berceloteh, gurauan yang sebenarnya garing tapi tetap menyenangkan. Saling berolok-olok untuk sesuatu yang nggak lucu, nge-prank teman, semuanya  luar biasa. Aku yakin aku tidak akan bertemu dengan dunia  seperti ini  jika aku tetap tidak mau keluar dari zona nyamanku.

Namun memang benar, bahwa tidak semua orang mampu untuk merobah pola pikir itu, ketidakberanian untuk keluar dari zona nyaman dan kemudian berhadapan dengan dunia yang baru tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rasa ragu, rasa takut, curiga seolah-olah menahan langkah, ketika kita memutuskan untuk pergi ke sebuah dunia baru. Hanya sedikit orang yang mampu untuk mengambil keputusan itu,  dan aku sangat berharap bahwa akulah sedikit orang itu. Robah pola pikir, keluarlah dari zona nyamanmu, karena ada dunia yang sangat menyenangkan di luar sana. Ayo....(disela-sela kegiatan workshop penyempurnaan e-modul dan VMB). Semangat teman-teman. Bogor 10-13 November 2019

Kamis, 07 November 2019

DIBALIK WANITA YANG KUAT, ADA....


Di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat, ungkapan itu mungkin sudah sering  kita dengarkan. Terus dibalik wanita yang sukses ada siapa ya....?. Kalau yang satu ini mungkin, agak susah menjelaskannya, karena ternyata ada banyak  sekali hal yang berperan untuk mendukung kesuksesan seorang wanita.  Ada banyak motif,  dan ada banyak alasan sampai seorang wanita ada di posisi itu, tapi  yang pasti,  keluarga adalah motivasi terbesar. Ada orang tua, suami, anak, dan keluarga yang memberikan kekuatan luar biasa itu.  Mustahil  seorang wanita mampu berjuang sendirian melawan angin dan badai jika ditangannya tidak ada senjata bernama keluarga.

Aah.... benarkah keluarga ada di balik wanita yang sukses, bukankah banyak wanita yang sukses tapi keluarganya berantakan, lantas sebenarnya    apakah indikator yang bisa mengukur kesuksesan seorang wanita. Kriteria sukses antara laki-laki dan wanita mungkin sangat berbeda, mungkin kebanyakan sukses seorang laki-laki diukur dengan banyaknya materi atau angka-angka yang dimilikinya. Pekerjaan yang bagus, penghasilan yang tinggi, mobil, rumah, hubungan relasi dari kalangan kelas atas, itu mungkin yang sekarang jadi ukuran kesuksesan seorang laki-laki.

Nah kalau ukuran sukses seorang wanita mungkin lebih kepada bagaimana wanita tersebut bisa mandiri secara finansial, hidup dengan  passionnya, memiliki cinta sejati,  memiliki keluarga yang penuh dengan kehangatan, pendidikan yang layak,  anak-anak yang sholeh dan sholehah, dan pasti memiliki tubuh yang sehat.  Wah ternyata indikatornya berbanding terbalik ya dengan laki-laki, kalau laki-laki lebih kepada kwantitas, sedangkan wanita lebih kepada kualitas, iya nggak. 

Dan  ternyata gues, semua ukuran   tadi   hanya bisa dimiliki seorang wanita,  jika dia mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Jadi, kalau mau dikategorikan sebagai wanita yang sukses, bangun komunikasi dan kehangatan bersama keluargamu. Gimana setuju kan.....(dikisahkan dari perjuangan Ibu Evi Maulida,  wanita hebat yang hidup penuh cinta bersama keluarganya...)


RASA GROGI ITU....


Sore-sore seorang teman memberikan pertanyaan “Bagaimana cara mengatasi grogi ya...”.  Wah pertanyaan yang susah jawabannya, yaaaa  karena sebenarnya rasa grogi itu juga sering menghinggapi hatiku. (hehehe ngaku sekarang...).   Yang jelas ketika rasa itu muncul, yang terjadi adalah jantung yang berdebar-debar kencang, keringat bercucuran,  atau sebuah perasaan hati yang sangat nggak nyaman.  Perasaan ini akhirnya menghambat otak untuk bekerja secara maksimal  pada saat kita harusnya melakukan sebuah kegiatan di muka umum. Rasa grogi itu muncul pada saat kita harus presentasi, membaca puisi, ngeMC, bernyanyi, berpidato ataupun berdebat di depan umum. Kok bisa ya rasa ini hadir, sebenarnya kenapa rasa grogi itu muncul....?
Kalau ditelusuri lebih jauh, penyebab rasa grogi itu sebenarnya adalah sebuah ketakutan. Ketakutan ini bisa hadir karena banyak hal, takut ditertawakan, takut mendapatkan respon yang buruk, takut tidak sempurna, dan ketakutan-ketakutan lain yang kadang tidak masuk akal. Saking tidak masuk akalnya bahkan sampai-sampai rasa grogi itu seperti batu yang diikat di kaki  dan menahan kaki seseorang untuk melangkah.

Rasa grogi itu wajar kok, itu tidak hanya dialami oleh satu dua orang, hampir semua orang memiliki rasa grogi itu, namun banyak orang yang akhirnya mampu mengatasi rasa itu. Kok mengatasi....? Apakah grogi tidak bisa dihilangkan...? Rasa grogi itu tidak bisa dihilangkan, kita hanya bisa mengatasi  perasaan tersebut sehingga bukan dia yang menguasai pikiran kita, tapi kita yang harus menguasai pikiran kita sendiri.  Tidak usah terobsesi untuk menghilangkan rasa terkutuk itu, karena semakin kita mencoba untuk menghilangkannya ternyata kita malah terjebak dalam stres yang berkepanjangan. Jangan juga mencoba menjadikan rasa grogi itu sebagai motivasi  untuk tampil lebih baik, karena sebenarnya ketika kita lakukan itu, kita sedang menyerahkan diri kita kepada ketakutan kita yang sesungguhnya.

Jangan menjadikan grogi   sebagai perhatian utama kita, tapi perhatikan apa yang akan kita sampaikan. Jika kita sudah bisa maksimal menyampaikan materi kita, tanpa memperdulikan respon orang lain, maka sebenarnya kita sudah kembali ke jalan yang benar.  Hmmmmm iya kan..... Rasa grogi akan lebih mudah diatasi seiring seringnya kita  tampil ke muka umum.  Jadi jika ada kesempatan seperti itu, pergunakan dengan sebaik-baiknya. Sekali dua kali mungkin masih ada kekurangan disana-sini, tapi itu bisa kita jadikan pembelajaran supaya hal itu tidak terjadi lagi. Terus begitu, sampai suatu saat pasti akan ada seseorang yang memberikan respon positif atas akan penampilan kita. Kesimpulannya, perasaan grogi itu bukanlah sesuatu yang harus jadi pusat perhatian kamu, pusatkan perhatianmu pada hal yang harus disampaikan, dan lakukan itu dengan sebaik-baiknya. Ayo kita lakukan...(spesial untuk Ryan Hidayat, yakinlah kalau kamu bisa...)


Selasa, 05 November 2019

TULISANMU JELEK YA NAK....(spesial untuk Kurniawan Alfansyah)


Hari ini ada perasaan geli sekaligus sebel ketika aku harus mengajar di kelas XII IPS.3. Bagaimana nggak, dalam pembelajaran hari ini, mereka diharuskan menulis sebuah laporan,  tapi dari hampir 30 laporan yang harus aku baca cuma ada sekitar 3 orang yang tulisannya bisa digolongkan bagus.  Yang membuat aku geleng-geleng kepala,  adalah sebuah tulisan yang bentuknya adalah huruf i semua. (pasti tulisannya Kurniawan Alfansyah....hehehehe....)

Ketika aku tanya kenapa tulisannya seperti itu, dengan tegas dia mengatakan bahwa itu adalah tulisan orang pinter. “Dokter aja tulisannya jelek nggak bisa dibaca, tapi semua  dokter pasti pinter”. Iya juga ya, tapi apakah benar ada korelasi antara tulisan jelek dengan kecerdasan seseorang...?. Kondisi itu membuatku mau tak mau mencari tau tentang hubungan  tulisan dan kecerdasan.

Ini penjelasan ilmiahnya. Sebutan untuk istilah tulisan yang kurang bagus biasa di sebut tulisan ceker ayam, tulisan alien atau paling bagus adalah tulisan dokter. Seperti diketahui, rata-rata tulisan dokter saat menuliskan resep atau lainnya sulit sekali untuk dibaca. Banyak orang menghakimi para manusia dengan tulisan buruk sebagai orang yang pemalas, jorok dan kurang pintar. Lalu apakah ini berlaku untuk para dokter? dokter sendiri memiliki tulisan yang sulit untuk dibaca sedangkan mereka adalah orang-orang super cerdas?

Ilmu yang mempelajari tulisan disebut Grafonologi. Saat ini sudah banyak orang yang berprofesi dibidang ini. Menurut ilmu ini setiap orang memiliki cara yang khas untuk menulis. Kebanyakan orang cerdas memiliki tulisan yang khas atau cenderung sulit dibaca, namun tidak berarti juga jika orang yang memiliki tulisan rapi adalah orang yang kurang pintar. 

Beberapa penelitian menunjukan orang yang cerdas memiliki kemampuan menulis yang sangat cepat namun sangat khas. Pernahkah kamu melihat tulisan para ilmuwan? Kebanyakan dari mereka juga memiliki tulisan yang mirip tulisan dokter, sama-sama sulit untuk dibaca. Ketika menuliskan sesuatu, mereka juga bisa mengerjakan hal lain, selain itu kemampuan mereka untuk berfikir membuat para ilmuwan ini harus menuliskan apa yang ada di otaknya secepat mungkin seiring dengan kecepatannya berfikir.
Jika tulisanmu memiliki ciri khas, bisa jadi kamu memang orang yang cerdas. Ciri khas menulis memang berhubungan dengan kecerdasan dan kepintaran. Tidak semua orang dengan tulisan yang khas itu jenius. Kamu bisa melihat kondisi sesungguhnya di keseharian mereka. Bisa jadi tulisan mereka sulit dibaca karena terburu-buru atau memiliki kondisi lainnya. https://www.qureta.com/post/tapi-saya-tidak-bisa-juara

Nah kayak gitu ya penjelasan, jadi tidak selalu orang yang tulisannya  jelek itu cerdas, dan nggak juga yang  bagus tulisannya itu cenderung kurang pintar.  Tapi kalau mau mendapatkan nilai bagus dari  pembelajaran aku syarat utamanya tulisan harus bagus yaaaa.... Kalau nggak aku akan dengan senang hati mengatakan “tulisanmu jelek ya Nak.....”




SENSE OF HUMOR.... (REQUEST RIKY SUPROGO)

Tulisan ini sebenarnya pesanan dari seorang teman, dia ingin aku nulis tentang sesuatu, dan dia ingin gambarnya yang nanti dipasang. Awalnya bingung juga mau menulis tentang apa, sekalipun aku boleh nulis apa saja, tentu saja aku ingin tulisan  itu mewakili dia. Karena dia sukanya guyonan dan hal-hal yang lucu okelah sekarang aku tulis tentang humor, lebih tepatnya kepekaan humor atau yang sering disebut sense of humor.

Kehidupan ini menghadapkan manusia pada dua hal, yang menyenangkan atau menyedihkan. Cara orang menghadapi kehidupan juga terbagi menjadi dua macam, ada yang serius ada juga yang santai atau cenderung main-main. Coba lihat di sekeliling kita, pasti ada manusia-manusia yang seperti itu kan...? Lantas coba interopeksi kita masuk golongan mana, yang serius atau santai...?, yang penuh dengan ketegangan atau yang suka humor....?
Karena tulisan ini berfokus pada sense of humor maka kajian kita juga tentang humor. Sense of humor adalah luapan perasaan yang dituangkan dalam lelucon-lelucon. Terlepas lelucon itu benar-benar lucu atau ternyata lelucon itu garing.  Contoh lelucon itu adalah kalimat yang sering diucapkan oleh temanku Fatmalia, seorang yang memang terkenal dengan lelucon yang garing, “Ah lapar belum makan nih, di rumah  mau makan cuma ada ayam sama daging, bosan....”. 
Seseorang yang mendengarkan kalimat itu mungkin akan berfikir bahwa dia adalah seorang yang berkecukupan, tapi kita yang sudah lama kenal, pasti cuma akan menanggapi itu dengan senyuman. Kenapa...? ya karena kita tahu bahwa itu cuma hoax... 

Tidak semua orang memiliki sense of humor ini, Allah menjadikan ini anugrah untuk orang-orang tertentu saja, tapi yakinlah bahwa orang yang memiliki rasa itu hanya orang-orang cerdas. Jadi kalau mau dikategorikan sebagai orang yang cerdas,  mulai sekarang miliki sense of humor itu.....(jangan serius melulu, muka cepat tua...). 



PAGI KITA.....


Pagi-pagi, ketemu teman-teman tidak ada yang terjadi selain kehebohan dan keceriaan. Teman-teman satu kerjaan adalah saudara-saudara terdekat yang selalu memberikan warna kuat dalam kehidupan kita. Bertemu mereka dan melepaskan semua kesuntukan membuat sisi-sisi batin terasa berisi dengan energi positif. Senyuman mereka, candaan yang kadang terkesan mengada-ada dan lebay, humor-humor sarkasme yang hiperbola, rasa narsis yang sungguh membuat geleng-geleng kepala.  Pokoknya slogan, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang benar-benar kami aplikasikan dalam acara ini.  


Setelah begitu banyak celaan, sindiran, pujian, dan bermacam-macam analogi yang menggelikan, biasanya kegiatan akan beralih untuk membuka bekal yang dibawa dari rumah. Acara ini mungkin lebih heboh dari apapun, rasanya seperti ketemu artis yang sudah lama kita idolakan, atau seperti kita mendapatkan pulsa data setelah sekian hari tak berkelana di dunia maya....Bertukar makanan, memberikan penilaian, memberikan komentar-komentar yang menjatuhkan, menghina, dan ujung-ujungnya tertawa bersama-sama. (busyet dah....)

Tidak berakhir sampai di situ, setelah berhasil membungkam cacing-cacing yang sering berdemontrasi di dalam perut, acara yang wajib ada adalah mengecek FB, IG, lantas up-date status di media sosial. Untuk urusan yang satu ini, mungkin kami adalah ahlinya, dari mulai edit foto, membuat caption yang menarik, sampai mengedit video-video kami adalah biangnya. Bukan karena kami profesional, tapi lebih pada kegilaan kami dalam dunia itu. Hmmmmm....menyenangkan sekali, rasa ini  seperti duduk di pinggir pantai menikmati sunset, dengan payung langit  warna jingga. (nggak nyambung ya, tapi ini adalah kalimat hasil sumbangan pak Sunyoto, jadi ya terpaksa dipake, kalau nggak dia bakalan ngambek....).
Memaknai kebersamaan ini sebagai sebuah kebutuhan rohani, menganggapnya sebagai bagian yang memang harus ada. Tidak harus berpikir tentang suka atau tidak suka, tapi bagaimana kita bisa menikmati setiap moment kebersamaan ini dengan cara pandang yang lebih bijaksana. Nggak harus merasa jaim ketika ternyata kita harusnya gila dan membaur, ini juga cara cerdasa untuk mengelola stress karena tuntutan pekerjaan yang kian hari kian berat. Ini pagi kita, bagaimana dengan pagimu.....     



Senin, 04 November 2019

SEBUAH PEMBELAJARAN....


Nah akhirnya ketemu dengan lembaran ini lagi, setelah berbagai kegiatan yang melelahkan, sembari mencuri-curi waktu aku putuskan untuk menulis lagi. Beberapa hari yang lalu kebetulan ikut serta dalam sebuah kegiatan, sebutlah kegiatan itu “ Workshop Penyempurnaan E-Modul dan VMB”, sebuah kegiatan yang dari judulnya saja tidak aku mengerti. Tapi okelah, karena aku penasaran aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan itu. Dan benar saja,  selama 4  hari aku ada di sebuah dunia yang aku nggak pahami, dunia yang asing, sebuah dunia yang sebenarnya dekat denganku tapi tidak pernah secara serius aku perhatikan.

Aku dan teman-teman harus memvalidasi video materi belajar yang dibuat oleh teman-teman dari sekolah zonasi. Benar bahwa pembuatan video itu sering aku lihat, tapi untuk memvalidasi, ini benar-benar sesuatu yang baru. Tapi nggak apa-apa, toh nggak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru, itu bahkan bisa menambah wawasan dan pengetahuanku, mengajak aku untuk melek teknologi. Dari kegiatan itu aku belajar banyak hal, bahwa untuk membuat sebuah karya yang bagus diperlukan kesabaran, ketelitian, dan totalitas. Nggak ada sebuah karya hebat  lahir dari sebuah perbuatan iseng, tidak pernah sebuah karya ajaib  lahir karena sebuah kebetulan. Diperlukan kerja keras, diperlukan keringat dan air mata untuk mewujudkan hal-hal hebat itu.



 4 hari itu berlalu dengan begitu cepat sampai sebuah akhir yang namanya “selesai”. Kali ini aku ada disebuah persimpangan,  memutuskan untuk melupakan kegiatan itu, atau mengingatnya sebagai sebuah kebutuhan batin yang akan selalu membuatku berpikir bahwa dunia selalu berubah. Beranikah aku keluar dari zona nyaman ini dan memulai hal-hal lain yang selama ini tidak pernah aku fikirkan. Beranikah aku mencobanya....?. Aaah, sebuah pertanyaan yang membingungkan....   

Senin, 14 Oktober 2019

PEMBELAJARANKU HARI INI....


Di lembaran ini aku ingin menulis kegiatan aku hari ini...bukan  catatan kegiatan sih sebenarnya, tapi sebuah keluhan, keluhan karena pembelajaran dikelasku tidak sesuai dengan ekspekstasiku. Ya biasa sih, kita kan memang senengnya seperti itu, membayangkan sesuatu yang tinggi, padahal  ya gitu deh....ujung-ujungnya patah hati....
Hari ini aku mengajarkan materi tentang teks editorial, aku berharap,  sudah kelas XII,  paling nggak nggak mereka tau  atau pernah membaca tentang teks editorial, tapi dari segitu banyak siswa  yang aku berikan pertanyaan “Siapa yang pernah membaca teks editorial...?”, “ Siapa yang bisa mendefinisikan pengertian teks editorial...?”.   Tak ada satupun siswa yang mengangkat tangan, yang berarti tak satupun siswaku yang pernah membaca  atau tau apa itu teks editorial. Dari jawaban tadi hatiku sedikit bergetar, aduh bagaimana ini...?, bagaimana aku memulai materi kali ini...?

Power point sudah digunakan tapi aku tidak bisa secara maksimal menyampaikan materi ini. Ada kesulitan menyampaikan sesuatu yang sama sekali tidak diketahui oleh mereka, contoh-contoh dan analogi yang aku kemukakan sedikit membantu tapi tidak bisa secara 100 % membuat mereka memahami materi ini. Ini baru menyangkut definisi belum sampai ciri-ciri, struktur, gaya, isi, dan teman-temannya.  Aaahh mungkin benar untuk bisa menyerap sebuah informasi baru diperlukan sebuah modal yang bisa mendukung penyerapan informasi itu. Aku  lantas teringat sebuah teori yang pernah aku baca di sebuah buku, yaitu skemata.
 
Oke ini kita meminjam kalimat  dari seorang ahli ya....Istilah skemata berawal dari teori skema, yang menggambarkan proses di mana pembelajar membandingkan latar belakang pengetahuan yang di miliki dengan informasi yang baru. Salah satu teori skemata yang mempengaruhi teori pembelajaran adalah teori yang dikemukakan oleh Piaget (dalam Ruddell (2005:27). Piaget mendefinisikan skemata sebagai sebuah struktur kognitif intelektual individu berupa representasi persepsi, ide, dan aksi yang diasosiasikan, merupakan dasar pemikiran yang digunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mengaturnya menjadi sebuah modal untuk memahami pengetahuan baru, termasuk memahami pengetahuan baru yang disajikan penulis dalam teks yang dibaca...(ngerti nggak ini yang baca....kalau nggak ngerti ya sama aja kayak aku...)
Dipertegas oleh Piaget oleh dalam (Hergenhahn,B.R and Olson Matthew H.2002:313) skemata di atas mengisyaratkan adanya faktor pendukung yang saling mengisi dan berproses. Kedua faktor tersebut adalah  proses asimilasi dan proses akomodasi. Proses asimilasi adalah proses penyerapan konsep baru ke dalam struktur kognitif yang telah ada, pada proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang ada untuk menanggapi masalah yang datang dari lingkungannya. Proses akomodasi adalah proses pembentukan skemata baru atau memodifikasi struktur kognitif yang telah ada supaya konsep-konsep baru dapat diserap. (https://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/) Nah sampai sini mulai agak mulai mudeng  kan....

Sederhananya pengetahuan awal seorang siswa dalam menerima pelajaran, akan sangat mendukung siswa tersebut untuk memahami materi pembelajaran yang baru, jika sama sekali tidak ada modal maka materi baru itu akan susah untuk diterima. Aaah aku tidak tau, apakah tantangan pembelajaran hari ini bisa aku selesaikan, bagaimanapun hebatnya aku,   semua itu tidak ada apa-apanya... kalau siswaku nggak tau apa-apa...(apalagi ternyata aku juga bukan guru yang hebat).

Bagaimana ini...? sebagai guru aku  kan maunya siswaku paham, siswaku ngerti akan pelajaran yang aku ajarkan, tapi kemudian aku berfikir lagi, benarkah tindakanku ini, menuntut siswaku untuk selalu memahami materi yang aku ajarkan, bukankah aku jadi egois dengan keinginanku itu....?
Ahhh.... kalau begini mungkin benar wasiat Mbah Moen “Menjadi guru tidak usah memiliki niat untuk membuat pintar murid, melainkan niatkan untuk mendidik dan menyampaikan ilmu”. Aaah ternyata aku belum mampu mendidik anak-anakku, yang aku lakukan selama ini baru sebatas untuk mengajar.... (aku tulis  setelah  mengajarkan materi teks editorial di XII IPA.1).

Kamis, 10 Oktober 2019

DISONANSI KOGNITIF....(lanjutan)


Ceritanya  mau melanjutkan bahasan tentang disonansi kognitif, tapi karena ada kegiatan mendampingi anak-anak untuk Seleksi  Duta Lingkungan Hidup Tingkat Kabupaten, akhirnya ya nggak ada postingan untuk blog ini kemarin. Mana ketika pulang mobil mengalami masalah pada rodanya, makanya  terus tumbuh rasa males, segan, dan gitu deh, karena rasa penat dan capek akhirnya nggak nulis. Nah kok bahasannya sampai mana-mana ya, bukankah kemarin kita akan mencari sebab kenapa  orang bisa mengalami disonansi kognitif. Aah biasa....ngeles terus. 

Untuk  mengingatkan definisi disonansi kognitif  ini kita  kutipkan  pendapat seorang ahli ya “menurut Wibowo (Sarwono, S.W ; 2009) disonansi kognitif adalah keadaan tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuaian  antara dua sikap atau lebih, serta antara sikap dan tingkah laku”. Masih sama kan dengan definisi yang kemarin, cuma kali ini biar bahasannya  keliatan agak bener kita pake teori seorang ahli ya....heheheheheh...

Sebenarnya disonansi kognitif adalah sebuah terori komunikasi, teori ini dikemukakan oleh Festinger tahun 1957  ( nah ternyata udah tua juga teori ini, dan aku baru tau sekarang,  setelah teori ini berumur 60 tahunan, kudet banget ya..., tapi nggak pa-pa, daripada sama sekali nggak tau, mendingan sekaranglah ya, walau terlambat....).  Masih menurut Festinger ada empat   sebab seseorang bisa mengalami disonansi kognitif (kalau ini beneran menurut ahlinya  ya, tapi contoh yang diberikan merupakan pandangan pribadi, jadi kalau ada salah-salahnya ya maklum aja, namanya juga belajar menganalisis sebuah permasalahan....)

  1. Inkonsistensi logika (Logical inconsitensy) yaitu logika berpikir mengingkari logika berfikir yang lain.  Seorang siswa menyadari bahwa peraturan  dan tata tertib yang diberlakukan di sekolah adalah demi sebuah keteraturan. Tapi siswa tadi mengalami disonansi ketika menyadari bahwa peraturan yang diterapkan di sekolah ternyata menyiksanya. Dan untuk keluar dari perasaan tidak nyaman ini, siswa tersebut dengan kesadaran yang penuh melanggar tata tertib sekolah. Siswa tadi berusaha tidak percaya bahwa peraturan dan tata tertib adalah upaya sekolah untuk mewujudkan kenyamanan dan kedisiplinan.
  2. Nilai budaya (cultural mores)  bahwa kognisi yang dimiliki seseorang di suatu budaya kemungkinan akan berbeda di budaya yang lain. Seperti kita ketahui bahwa budaya itu berlaku dalam satu kawasan, artinya budaya disuatu daerah mungkin akan berbeda di daerah lain. Ada suatu bentuk budaya yang di daerah lain dianggap bagus atau baik, tapi di suatu daerah mungkin tindakan itu dinilai kurang sopan.  Nah teman-teman pasti punya contoh yang lebih konkret tentang perbedaan budaya ini kan. Nah perbedaan-perbedaan ini tak pelak akan menjadi kesenjangan ketika seseorang yang sudah akrab dengan budaya daerahnya harus menerima budaya lain yang dianggapnya bertentangan dengan budaya yang selama ini dianutnya.
  3. Opini umum (opinion generality)  disonansi mungkin muncul karena sebuah pendapat yang berbeda  dengan pendapat umum. Semua orang pasti tau bahwa berbakti kepada orang tua adalah sebuah sikap yang harus dimiliki seorang anak. Dalam hal ini, anak yang tidak berbakti kepada orang tua dikatakan sebagai anak durhaka. Namun seorang anak bisa mengalami disonansi ketika mendapati bahwa ternyata orang tua melakukan kekerasan kepada anaknya.  Si anak tidak berdaya dengan keadaan ini karena opini umum menuntut anak untuk berbakti kepada orang tuanya, semakin tidak nyaman anak,  maka disonansi atau kesenjangan ini  akan semakin melebar.
  4. Pengalaman masa lalu (past experience) disonansi akan muncul bila sebuah kognisi tidak konsisten  dengan pengalaman masa lalunya. Misalnya ketika seseorang  mengalami sakit asma. Dia divonis kalau sampai terkena AC makanya penyakitnya akan kambuh. Tapi, ternyata ketika suatu hari dia terpapar AC dia tidak mengalami apa-apa. Seseorang tadi akan cenderung mengalami disonansi karena pengalaman masa lalu ternyata tidak sesuai dengan  apa yang terjadi sekarang, nah teman-teman pernah mengalami kejadian semacam ini nggak ya....
Wah lumayan panjang juga bahasan kita kali ini, satu-satunya bahasan yang panjangnya lebih dari dua lembar, bukan karena penulisnya yang pintar tapi karena tulisan kali ini banyak yang meminjam pendapat ahli. Kalau sudah ahli yang bicara biasanya tulisan akan nilai sebagai tulisan yang berbobot, jadi bukan berat badan aja yang ada bobotnya, tapi tulisan juga....

Nah udah tau bentuk-bentuk  disonansi kognitf, udah tau juga penyebabnya, mungkin bahasan selanjutnya kita akan bahas cara menghilangkan disonansi kognitif ini ya....mungkin ditulisan yang akan datang, atau kapanlah, karena ternyata tulisan-tulisan semacam ini disamping menambah wawasan juga menambah rasa percaya diri, nah lo kok bisa, iyalah....paling nggak  ketika sekarang kita diajak ngobrol tentang bahasan ini kita nggak plongo-plongo lagi, tapi plonga-plonga.....heheheeh....
Saat ngawas PTS di XII. IPS. 2 Sejarah Indonesia.



Selasa, 08 Oktober 2019

DISONANSI KOGNITIF....


Membaca judul di atas kayaknya bahasan dalam lembar blog kita ini akan berat banget ya. Nggak akan berat kok abis yang akan bahas masalah ini juga bukan seorang ahli, jadi pasti dari sudut pandang yang ringan-ringan aja. Ini juga dapat istilah itu  dengan tak sengaja, waktu ngajar di UT ketemu dengan istilah itu, karena terdengar asing akhirnya googling sana sini, dan ternyata disonansi kognitif sebenarnya bukan baru bagi kita.  Disonansi kognitif adalah kesenjangan/gap antara pendapat, keyakinan, sikap, dengan perilaku yang ditunjukkan.

Nah sepertinya nggak akan asyik nih bahasannya, karena ini mungkin hanya  cocok untuk kajian daerah psikologi. Tapi, sebenarnya  bentuk dari disonansi kognitif itu ada di sekitar lingkungan kita lho, cuma mungkin kita aja yang nggak tahu bahwa ternyata contoh-contoh itu merupakan ranahnya  psikologi.  Dan ternyata disonansi kognitif itu bahasannya lumayan menyenangkan lho. Berikut kita akan bahas contoh-contoh disonansi kognitif.Contoh pertama adalah, kita tahu bahwa di dalam rokok terdapat zat-zat yang dapat membahayakan tubuh kita, (coba baca pembungkus rokok di sana tertulis peringatan tentang bahayanya rokok lho) pengetahuan dan keyakinan kita juga membenarkan hal itu. Tapi kita tetap nekat merokok atas nama kalimat “Saya nggak bisa mikir kalau nggak merokok....”, “ atau “Setelah gue pikir-pikir nggak  ada orang yang mati karena merokok, lagian siapa juga yang nggak bakalan mati”. Nah, biasanya alasan-alasan  semacam ini yang kemudian dijadikan pembenaran untuk orang-orang tetap melakukan hal yang diyakini salah  atau nggak benar itu.  Kalau kalian termasuk nggak ya....???

Contoh kedua yang tak kalah keren adalah, kita menentang diskriminasi, menurut kita semua manusia itu adalah sama, tak baik memandang orang dari sudut agama, suku, keyakinan, dan warna kulit. Tapi yang tak kalah aneh adalah ketika anak kita mencintai orang yang berbeda suku, kita tentang abis-abisan hubungan itu. Supaya terkesan tindakan  itu   benar,  kita ciptakan sebuah kalimat sakti “Sebenarnya bukan karena berbeda suku, tapi saya melihat  dia adalah seorang yang kurang bertanggung jawab, dia kurang cocok untuk kamu, dan bla bla ....” Nah lo....katanya anti diskriminasi.

Contoh yang terakhir katanya kita nggak percaya akan ramalan paranormal, sebut aja ramalan bintanglah, eh giliran ramalan bagus kita seneng, giliran ramalan jelek kita bilang  ah itu kan ramalan. Ah nyari-nyari pembenaran aja kayaknya....Terus kenapa ya, orang bisa mengalami disonansi kognitif, kayaknya lain kali kita bahas itu, jadi harus ada part 2  ya....
Edisi biar tambah  semangat  nulis......


Senin, 07 Oktober 2019

TENTANG MANTAN... (part 2)

Hmmm...akhirnya kembali lagi ke lembaran ini, lembaran tentang mantan sebagai seorang terindah dalam kehidupan di masa lalu. Kok bisa  bilang yang terindah, memang pasangan yang sekarang bukan sosok terindah ya...?. Nggak kayak gitu juga maksudnya, ketika ngomongin tentang mantan, objeknya  berbeda dong dengan realita yang ada sekarang, kalau mantan itu cenderung sebagai lamunan, sedang pasangan akan berwujud sebagai kenyataan. (heheheeheh kayaknya mencari pembenaran sih...)

Bagaimanapun mantan hanya masa lalu, seindah apapun dia, dia bukan pasangan kita, ya sederhananya kalau dibikin lagu mungkin lagu yang paling tepat tentang mantan adalah lagunya Kahitna, Nggak ngerti
Sesungguhnya aku kangen kamu
Di mana dirimu, aku nggak ngerti
Dengarkanlah kau tetap terindah
Meski tak mungkin bersatu
Kau slalu ada di langkahku

Nah gitu kan, biarpun mantan itu sudah punya orang lain, atau taruhlah kita juga udah punya pasangan, tetapi yang namanya mantan akan selalu menjadi sebuah keindahan, iyalah keindahan.... kalau nggak percaya coba tanya sama para pujangga.


Mungkin  dulu banyak rencana yang sudah disusun bersama si terindah itu, namun karena sesuatu atau banyak hal semua itu jadi berantakan, akhirnya berpisah deh....  Bisa sehari, dua hari, setahun, atau dua tahun kita menangisi perpisahan itu, tapi toh pada akhirnya kita tetap hidup untuk melanjutkan hari-hari kita, menjalani semua ketetapan yang sudah ditakdirkan. Sesudah kesedihan-kesedihan itu ternyata,   kita  diberikan banyak kejutan, kita lulus sekolah dengan nilai yang bagus, kita temukan bahwa keluarga adalah tempat paling hangat  untuk kita berbagi cerita, kita dapatkan bahwa teman-teman adalah hal terpenting untuk mencurahan keluh kesah kita, dan akhirnya kita dipertemukan dengan belahan jiwa kita, lalu sang mantan kemana...?
Sang mantan tetap masa lalu, yang selalu ada dalam kehidupan kita, namun tak pernah bisa kita miliki.... so...kayaknya nggak pa-pa kalau besok kita tulis lagi tentang si mantan ini. Hehehhhh....


RASA SYUKURKU....


Dulu saat SMA ketika ditanya tentang cita-cita aku dengan mantap akan mengatakan bahwa aku ingin jadi Pemandu Wisata, dari hobbyku ngeluyur aku berharap bahwa pekerjaan ini akan membuat aku bisa berkunjung ke tempat-tempat yang jauh dengan gratis. Mungkin karena  pekerjaan sebagai pemandu wisata waktu itu belum menunjukkan masa depan yang cerah akhirnya orang tuaku tidak pernah mengijinkan aku untuk memilih pekerjaan itu. Dan sebagai gantinya aku diharuskan kuliah.

Kuliah, aah... waktu itu aku tak pernah berpikir untuk kuliah, apalagi dijurusan pendidikan yang mengharuskan mahasiswinya memakai rok, benar-benar diluar dugaanku. Ujian demi ujian aku lewati dengan nilai yang pas-pasan. Sampai  di bagian akhir dari kuliahku aku baru merasa kalau nilai IPKku sangat buruk, aku coba genjot belajarku, skripsiku, tapi semua sudah terlambat. IPKku cuma bagus diakhir kuliah, dan IPK 2,47lah yang kemudian bertengger di ijazahku. Satu-satunya hiburanku waktu itu adalah aku dinyatakan sebagai lulusan termuda, ahh...

Memandangi nilai itu, rasanya aku kecewa banget.... Aku merasa kecewa karena sebenarnya aku bisa mendapatkan nilai yang lebih bagus dari itu, tapi meratapi semuanya hanya menambah perasaan bersalahku. Aku merasa bersalah karena di awal kuliah aku belajar dengan main-main, ketidakminatanku karena harus kuliah di jurusan yang tidak aku inginkan membuat aku acuh dan tak peduli pada kuliahku.

Walau begitu  nasip orang tidak pernah ada yang tau, karena dengan nilai yang pas-pasan itu  ternyata aku masih kebagian pekerjaan. Sebuah pekerjaan yang  sampai saat ini masih aku tekuni, kalau kata orang aku memang sudah tersesat, tapi tersesat di jalan yang benar. Walau pekerjaan ini aku dapatkan tanpa kesengajaan,  bagaimanapun aku tetap harus bertanggungjawab, bekerja sepenuh hati dan menyadari bahwa ini adalah rencana indah yang diberikan Allah padaku. 

Banyak orang di luar sana yang yang mencari dan butuh pekerjaan, dan alangkah naifnya aku,  jika aku mengabaikan pekerjaan yang sudah ada dalam genggaman. Aku tidak mau jika dikatakan sebagai orang yang tidak pandai bersyukur, dan hari ini sebagai wujud rasa syukurku aku haturkan terimakasihku pada Allah yang telah mempercayakan aku untuk mengembang pekerjaan ini, thanks God untuk kepercayaan ini.    
aku tulis ini  saat mengawas PTS di XI IPS.2...




Minggu, 06 Oktober 2019

TENTANG SISWA-SISWAKU....




Edisi  seneng-senengnya nulis akhir-akhir ini....
Kali  ini aku akan tulis bahasan tentang siswa-siswaku yang lagi menghadapai Penilaian Tengah Semester alias PTS (nah ketahuan tuh ngawas sambil ngeblog....).  Hmmm....bekerja sebagai seorang guru sebenarnya seneng-senang susah, iyalah pasti kayak gitu. Sebagai manusia lumrah,  seneng rasanya ketika siswa-siswa yang aku ajar menunjukkan kemajuan yang postifif, artinya siswa berkembang dan tumbuh ke arah yang lebih baik. Susahnya guru adalah ketika siswa tidak menunjukkan perkembangan ke arah yang positif, melawan gurunya, mencontek saat ujian, loncat pagar, ribut pada saat pembelajaran, tawuran, dan parahnya lagi siswa melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Herannya kadang ada siswa yang menganggap guru adalah seorang lawan yang harus dijatuhkan, menganggap guru adalah saingan yang harus dikalahkan, kenapa sampai berpikir ke arah sana...?. Betul memang tidak semua guru baik, pemberitaan yang kita terima akhir-akhir ini tidak menempatkan guru sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru  lagi, banyak guru yang selanjunya kita sebut sebagai oknum sudah mencoreng dunia pendidikan kita, tapi jumlahnya toh tidak sebanding dengan jumlah guru yang bisa kita sebut sebagai guru baik-baik. Kenapa ulah segelintir orang harus berimbas jauh sampai kemudian siswa-siswa merasa tidak perlu menghormati guru layaknya orang tua mereka di rumah.

Sebenarnya apa yang salah dengan sistem kita ini, kenapa siswa lebih bangga ketika dibilang sebagai tukang loncat pagar ketimbang siswa berprestasi atau siswa yang baik-baik saja. Cara berfikir siswa sekarang ini sudah terbalik-balik, udah tau peraturan digunakan agar kehidupan di sekolah menjadi  teratur dan nyaman,  dengan demikian bersekolah adalah sesuatu yang menyenangkan, tapi kenapa untuk taat pada tata tertib siswa harus dipaksa-paksa, diancam-ancam, dan pake hukuman segala. Bagaimana sebenarnya memunculkan sebuah kesadaran bahwa menuntut ilmu ini adalah sebuah kebutuhan hidup, yang untuk menjalaninya diperlukan kerja keras, tetesan keringat dan air mata. Aku benar-benar nggak tau lagi harus bagaimana....?.
Tidak ada guru yang menginginkan siswanya gagal, karena kegagalan siswa adalah kegagalan guru, walau keberhasilan siswa ternyata tidak pernah dianggap sebagai  keberhasilan guru.  Aku nggak ngerti....(Kayak lagunya Kahitna).  

TENTANG MANTAN... (part 1)


Mulai hobby nulis blog kayak gini sebenarnya yang paling ingin aku tulis adalah tentang sang mantan, sosok terindah dari masa lalu (hehehehe nggak pa-pa ya, abis itu juga bahan nulis yang menyenangkan...).  Nggak munafiklah, semua orang punya masa lalu, entah itu pahit atau menyenangkan masa lalu itu kadang-kadang muncul tanpa kita duga, seperti pagi ini ketika aku buka laptop ini,  entah kenapa sang mantan tiba-tiba jadi sebuah inspirasi, ya udah aku lanjutin saja.

Sebenarnya  bukan masa lalu yang manis karena ternyata kita juga nggak berjodoh, tapi mengingat masa itu, aah muncul banyak kalimat dengan diawali kata “Andai saja....”.  Mengingat semua itu akhirnya  jadi nggak realistis lagi karena kenyataannya sekarang ini  kita sudah punya pasangan masing-masing. Entah baik atau tidak menurut penilaian kita itulah jodoh terbaik yang sudah dikirim Allah untuk kita. (Wah kok sampai sana bahasannya, orang mau nulis tentang mantan, malah menasehati umat, hmmmm....gak nyambung kayaknya).

Kembali ke bahasan mantan,  ada cerita yang lucu dan sedikit menjengkelkan. Mungkin maksudnya romantis ngasih kaset ( biar ceweknya dengerin lagu kesukaannya, jaman dulu sist....nggak kayak sekarang), tapi gimana mau romantis kalau yang dikasih itu lagunya Iwan Fals, kan nggak banget,  kayak gini-ni lagunya.

Susah susah mudah kau kudekati
Kucari engkau lari kudiam kau hampiri
Jinak burung dara justru itu kusuka
Bila engkau tertawa hilang semua duka
Gampang naik darah omong tak mau kalah
Kalau datang senang nona cukup ramah
Bila engkau bicara persetan logika
Sedikit keras kepala ah dasar betina
ku suka kamu, sungguh suka kamu.....

Padahal  jaman itu lho ada lagu-lagu laen yang romantis. Walau lagu itu isinya bagus, aku nggak pengen kalau lagunya itu. Haaaah....dasar nggak peka. Tapi ya sudahlah,  disini kita dituntut untuk saling memahami, mungkin awalnya agak njengkelin gitu ya, tapi ke sini-ke sini lagunya Iwan Fals ternyata bagus-bagus kok, bahkan di daftar putar laguku sekarang ini, aku punya koleksi Iwan Fals lengkap. (Hanyooo ketahuan suka mengenang-ngenang masa lalu....)

Hmmm...tapi memang nggak ada habisnya  kok bahasan tentang mantan ini, selembar, dua lembar, bahkan tidak akan cukup satu buku untuk menulis tentang si dia. Ketidakberpihakan nasip dengan tidak berjodoh rupanya tidak pernah menghapus secara total kenangan-kenangan itu.  Si mantan tetap akan jadi sosok terindah dalam kehidupan... (wah kok jadi puitis gini, aku kok tambah nggak mudeng tentang apa yang aku tulis ini, hehehe....). Tapi apapun itu suatu hari nanti aku akan melanjutkan tulisanku ini, kapan ya....., kalau pas nggak ada ide untuk nulis  kayaknya.....  (Mudah-mudahan sang mantan baca....);