Membaca judul di atas kayaknya bahasan dalam lembar blog kita
ini akan berat banget ya. Nggak akan berat kok abis yang akan bahas masalah ini
juga bukan seorang ahli, jadi pasti dari sudut pandang yang ringan-ringan aja. Ini
juga dapat istilah itu dengan tak
sengaja, waktu ngajar di UT ketemu dengan istilah itu, karena terdengar asing
akhirnya googling sana sini, dan ternyata disonansi kognitif sebenarnya bukan
baru bagi kita. Disonansi kognitif adalah
kesenjangan/gap antara pendapat, keyakinan, sikap, dengan perilaku yang
ditunjukkan.
Nah sepertinya nggak akan asyik nih bahasannya, karena
ini mungkin hanya cocok untuk kajian daerah
psikologi. Tapi, sebenarnya bentuk dari disonansi
kognitif itu ada di sekitar lingkungan kita lho, cuma mungkin kita aja yang nggak
tahu bahwa ternyata contoh-contoh itu merupakan ranahnya psikologi. Dan ternyata disonansi kognitif itu bahasannya
lumayan menyenangkan lho. Berikut kita akan bahas contoh-contoh disonansi
kognitif.Contoh pertama adalah,
kita tahu bahwa di dalam rokok terdapat zat-zat yang dapat membahayakan tubuh
kita, (coba
baca pembungkus rokok di sana tertulis peringatan tentang bahayanya rokok lho) pengetahuan dan keyakinan kita
juga membenarkan hal itu. Tapi kita tetap nekat merokok atas nama kalimat “Saya nggak bisa mikir kalau
nggak merokok....”, “ atau “Setelah gue pikir-pikir nggak ada orang yang mati karena merokok, lagian
siapa juga yang nggak bakalan mati”. Nah, biasanya alasan-alasan semacam ini yang kemudian dijadikan
pembenaran untuk orang-orang tetap melakukan hal yang diyakini salah atau nggak benar itu. Kalau kalian termasuk nggak ya....???
Contoh kedua yang tak
kalah keren adalah, kita menentang diskriminasi, menurut kita semua manusia itu
adalah sama, tak baik memandang orang dari sudut agama, suku, keyakinan, dan
warna kulit. Tapi yang tak kalah aneh adalah ketika anak kita mencintai orang
yang berbeda suku, kita tentang abis-abisan hubungan itu. Supaya terkesan tindakan itu benar, kita ciptakan sebuah kalimat sakti “Sebenarnya
bukan karena berbeda suku, tapi saya melihat
dia adalah seorang yang kurang bertanggung jawab, dia kurang cocok untuk
kamu, dan bla bla ....”
Nah lo....katanya anti diskriminasi.
Contoh yang
terakhir katanya kita nggak percaya akan ramalan paranormal, sebut aja ramalan
bintanglah, eh giliran ramalan bagus kita seneng, giliran ramalan jelek kita
bilang ah itu kan ramalan. Ah nyari-nyari
pembenaran aja kayaknya....Terus kenapa ya, orang bisa mengalami disonansi
kognitif, kayaknya lain kali kita bahas itu, jadi harus ada part 2 ya....
Edisi biar
tambah semangat nulis......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar