Jumat, 04 Oktober 2019

SEORANG IBU DARI TABEK INDAH....


Akhir  tahun 2014, dalam sebuah perjalanan dari kampus tempatku mengambil program pascasarjana.

Sore itu mendung menggayuti Bandar Lampung, hampir setengah 6 sore, aku masih terjebak diangkot, kondisi jalan yang macet membuat sopir berteriak-teriak tak sabaran, dia seolah-olah ingin menumpahkan kekesalan pada setiap kendaraan yang lewat. Di dalam angkot,  ada aku dan dua orang yang nampaknya mahasiswa, perasaan gelisah kini juga merasuki perasaanku, jika keadaannya seperti ini terus aku akan ketinggalan bis, dan itu artinya aku harus memutar otak lagi untuk mencari kendaraan lain yang belum tentu bisa dijamin keamanannya. Ahhh....

Angkot kini merayap pelan, seorang ibu tua, dengan gamis coklat yang lusuh dan tas kain masuk, tak lama dua orang laki-laki dengan penampilan necis menyusul. Sore semakin temaram, aku benar-benar semakin khawatir kalau sampai harus ketinggalan bis. Tempat tinggalku yang jauh membuat aku harus tiga kali berganti angkutan umum sebelum sampai ke rumah. Pikiranku sudah benar-benar kacau, sampai ketika pemuda necis tadi menyuruhku menutup kaca jendela angkot, tanpa menjawab apa-apa aku menutup kaca itu. Aku tidak berfikir apa-apa sampai kemudian aku melihat ibu tua di depanku mengambil dompet dari tangan pemuda itu. Aku cuma berfikir kalau itu adalah dompet yang sama persis seperti kepunyaanku. Tapi anehnya ibu tua tadi menyerahkan dompet itu kepadaku “Ini dompetnya, periksa kalau-kalau ada yang hilang...”. Aku menerima dompet itu sambil tak habis berpikir kenapa dompet itu sampai ke tangan ibu tadi. Pemuda yang duduk di sampingku menampakkan muka gusar, dengan lirih sambil  melotot ke arah ibu tua “ Emang mau lehernya dipotong....!!!”

Aku tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, dalam kebingunganku aku menyuruh angkot berhenti, dan aku mengajak ibu tua tadi turun. Akhirnya kami berdua berganti angkot. Di dalam angkot ibu tua tadi menceritakan kalau dompetku sudah dicopet oleh pemuda tadi.  Aku benar-benar kaget dengan kalimat ibu barusan, aku tidak benar-benar tidak menyangka.
“ Ada apa, sepertinya kamu sedang melamun, di perjalanan seperti ini tidak baik kalau melamun, harus banyak istighfar...?” ibu tua tadi menasehati aku dengan kalimat yang super bijak.
“Iya, Ibu, makasih...makasih...” Jawabku berulang-ulang, aku tidak bisa membayangkan jika seandainya ibu tadi tidak menolongku apa jadinya aku. Sebenarnya tidak banyak uang di dalam dompetku tadi, tapi kartu-kartu penting tersimpan jadi satu dalam dompet itu, kartu-kartu yang kalau sampai raib akan membuat aku berhadapan dengan banyak masalah.

Di tengah perjalanan di sekitaran Tabek Indah ibu tadi turun, kubayari ongkosnya dan kembali kuucapkan terimakasih.
Ahhh ibu, begitu mulia hatimu, padahal kalau engkau tadi tidak menolongku itu juga bukan salah ibu, tapi ibu berani mengambil  resiko untuk menolong aku, seseorang yang mungkin juga akan cuma sekali bertemu denganmu.
Semoga ibu selalu sehat, diberikan kelimpahan rezeki, diberikan umur yang panjang, diberikan anak-anak dan cucu-cucu yang soleh dan solehah. 
Untuk seseorang ibu dari “Tabek Indah” yang telah dengan iklas menolongku di suatu sore.....terimakasih ibu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar