Tulisan ini dimulai dengan satu pertanyaan “Apakah
kemarahan harus kita ungkapkan...?” Jawaban dari pertanyaan ini ternyata
beragam, tapi ada sebuah jawaban yang benar-benar luar biasa. “Marah itu harus diungkapkan, harus dilampiaskan karena kalau
tidak itu, akan membebani kita,
bisa-bisa kena sakit hipertensi atau darah tinggi. Marah ternyata bisa membuat
kita lega, karena kita tak perlu memendam apa-apa. Kita bisa merasa plooong
karena marah ternyata membuat kita terbebas dari beban, jadi intinya marah itu
boleh, bahkan harus karena itu membantu
kita merasa lebih baik....”Oke juga jawaban itu, karena ternyata marah bisa melegakan perasaan, terus
bagaimana dengan yang jadi sasaran
kemarahan... kasihan juga ya kalau begitu...? Entah itu manusia, hewan atau
tumbuhan semua akan merasa sedih jika jadi sasaran kemarahan, apalagi jika
sebenarnya bukan kita yang menyebabkan kemarahan itu.
Ada sebuah cerita “Suatu hari, di sebuah kantor ada kunjungan dari seorang
pejabat, kebetulan hari itu banyak pegawai yang tidak masuk. Seorang pegawai
yang ditanya tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kenapa teman-temannya
banyak yang tidak masuk hari itu. Jawaban itu ternyata membuat sang pejabat
naik pitam alias marah, pegawai tersebut akhirnya dimarahi habis-habisan sampai
akhirnya pejabat tadi pulang. Sebenarnya siapa yang salah?, bukankah orang lain
yang bolos kerja?, bukankah harusnya pejabat tadi marah kepada pegawai yang
tidak masuk...?., tapi kenapa pegawai tadi yang jadi sasaran kemarahan?. Sang
pejabat mungkin merasa lega karena dia sudah melepaskan kemarahannya, dia
merasa lebih nyaman setelah marah. Tapi bagaimana dengan pegawai tadi, apa yang
dirasakannya...?. Dia akan mengalami kesedihan yang luar biasa, dia terluka,
dan dia memiliki kenangan yang buruk atas kejadian yang dia alami. Kalau pada
selanjutnya dia memberikan reaksi yang baik okelah...., tapi bagaimana kalau
selanjutnya dia juga merasa berhak marah kepada temannya, kepada pasangannya,
kepada anaknya. Bukankah kemarahan akhirnya jadi rantai yang saling menjerat?”
Cerita seperti tadi mungkin banyak kita ditemui, seorang guru yang marah kepada
muridnya, orang tua yang memarahi anaknya, bos yang memarahi karyawannya, dan
banyak lagi cerita tentang kemarahan di sekeliling kita. Jadi perlukan
marah....?
Kemarahan itu terjadi karena kita tidak bisa
mengendalikan emosi, orang yang suka marah bisa
marah hanya karena persoalan-persoalan sepele. Jadi karena hal-hal kecil
orang bisa marah dan mencari pelampiasan untuk menumpahkan kemarahannya.
Padahal kalau kita marah kita mengeluarkan energi yang besar
untuk mengungkapkan kemarahan itu. Ketika kita melukai orang lain sebenarnya
kita juga sedang merencanakan untuk
melukai diri kita sendiri.
Bagaimana tidak...?
Ya karena orang lain selanjutnya akan merasa perlu menjauhi kita, mereka
tidak nyaman karena takut akan jadi sasaran kemarahan kita, terlalu
berhati-hati menghadapi kita karena merasa takut salah. Kalau sudah seperti
kita yang akan merasa kesepian, terasing, dan sendiri. Kemarahan itu akhirnya
menjadi jurang pemisah antara kita dengan orang-orang yang seharusnya menjadi
sahabat kita.
Harus
pandai mengelola kemarahan,
misalnya saat nilai ujian kita turun,
kita bisa marah dengan lebih rajin belajar, ketika pekerjaan kita dinilai
kurang bagus oleh bos, kita bisa marah dengan cara menunjukkan performance
terbaik kita, ketika pasangan kita selingkuh, kita bisa marah dengan jalan
menjaga kesetiaan kita. Ada banyak hal positif yang bisa didapatkan saat marah,
tapi sepertinya melampiaskan kemarahan atau kekesalan kepada orang lain
bukan cara yang cukup bijaksana.
Ingat tanpa
marahpun semua bisa berjalan dengan baik-baik saja, ada guru yang mengajar
dengan penuh kelembutan siswa-siswanya ternyata begitu menghormatinya, ada pimpinan yang dicintai karyawannya karena dia memimpin
dengan senyumnya, ada orang tua yang begitu disayangi anaknya karena mereka
mendidik dengan cintanya, ada pasangan yang saling mengasihi karena mereka
berkomitmen lewat pengertiannya. Banyak hal indah yang bisa hadir tanpa
kemarahan, banyak kelegaan yang bisa ditampilkan tanpa menyakiti orang lain,
banyak kemudahan yang terjadi adanya komunikasi yang baik antara kita.
Kalau tanpa marah semua bisa berjalan dengan
baik-baik saja, kenapa harus marah....?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar