Sabtu, 17 November 2018

APAKAH KEMARAHAN HARUS DIUNGKAPKAN........?


Tulisan ini dimulai dengan satu pertanyaan “Apakah kemarahan harus kita ungkapkan...?” Jawaban dari pertanyaan ini ternyata beragam, tapi ada sebuah jawaban yang benar-benar luar biasa.    “Marah itu harus  diungkapkan, harus dilampiaskan karena kalau tidak itu,  akan membebani kita, bisa-bisa kena sakit hipertensi atau darah tinggi. Marah ternyata bisa membuat kita lega, karena kita tak perlu memendam apa-apa. Kita bisa merasa plooong karena marah ternyata membuat kita terbebas dari beban, jadi intinya marah itu boleh, bahkan harus karena  itu membantu kita merasa lebih baik....”Oke juga jawaban itu, karena ternyata   marah bisa melegakan perasaan, terus bagaimana  dengan yang jadi sasaran kemarahan... kasihan juga ya kalau begitu...? Entah itu manusia, hewan atau tumbuhan semua akan merasa sedih jika jadi sasaran kemarahan, apalagi jika sebenarnya bukan kita yang menyebabkan kemarahan itu.

Ada sebuah cerita “Suatu hari,  di sebuah kantor ada kunjungan dari seorang pejabat, kebetulan hari itu banyak pegawai yang tidak masuk. Seorang pegawai yang ditanya tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kenapa teman-temannya banyak yang tidak masuk hari itu. Jawaban itu ternyata membuat sang pejabat naik pitam alias marah, pegawai tersebut akhirnya dimarahi habis-habisan sampai akhirnya pejabat tadi pulang. Sebenarnya siapa yang salah?, bukankah orang lain yang bolos kerja?, bukankah harusnya pejabat tadi marah kepada pegawai yang tidak masuk...?., tapi kenapa pegawai tadi yang jadi sasaran kemarahan?. Sang pejabat mungkin merasa lega karena dia sudah melepaskan kemarahannya, dia merasa lebih nyaman setelah marah. Tapi bagaimana dengan pegawai tadi, apa yang dirasakannya...?. Dia akan mengalami kesedihan yang luar biasa, dia terluka, dan dia memiliki kenangan yang buruk atas kejadian yang dia alami. Kalau pada selanjutnya dia memberikan reaksi yang baik okelah...., tapi bagaimana kalau selanjutnya dia juga merasa berhak marah kepada temannya, kepada pasangannya, kepada anaknya. Bukankah kemarahan akhirnya jadi rantai yang saling menjerat?”

Cerita seperti tadi mungkin banyak  kita  ditemui, seorang guru yang marah kepada muridnya, orang tua yang memarahi anaknya, bos yang memarahi karyawannya, dan banyak lagi cerita tentang kemarahan di sekeliling kita. Jadi perlukan marah....?
Kemarahan itu terjadi karena kita tidak bisa mengendalikan emosi, orang yang suka marah bisa  marah hanya karena persoalan-persoalan sepele. Jadi karena hal-hal kecil orang bisa marah dan mencari pelampiasan untuk menumpahkan kemarahannya. Padahal kalau kita marah kita mengeluarkan energi yang besar untuk mengungkapkan kemarahan itu. Ketika kita melukai orang lain sebenarnya kita juga sedang  merencanakan untuk melukai diri kita sendiri.
Bagaimana tidak...?  Ya karena orang lain selanjutnya akan merasa perlu menjauhi kita, mereka tidak nyaman karena takut akan jadi sasaran kemarahan kita, terlalu berhati-hati menghadapi kita karena merasa takut salah. Kalau sudah seperti kita yang akan merasa kesepian, terasing, dan sendiri. Kemarahan itu akhirnya menjadi jurang pemisah antara kita dengan orang-orang yang seharusnya menjadi sahabat kita.

Harus  pandai  mengelola kemarahan, misalnya saat nilai ujian kita turun,  kita bisa marah dengan lebih rajin belajar, ketika pekerjaan kita dinilai kurang bagus oleh bos, kita bisa marah dengan cara menunjukkan performance terbaik kita, ketika pasangan kita selingkuh, kita bisa marah dengan jalan menjaga kesetiaan kita. Ada banyak hal positif yang bisa didapatkan saat marah, tapi sepertinya melampiaskan kemarahan atau kekesalan kepada orang lain bukan  cara yang cukup bijaksana.

Ingat  tanpa marahpun semua bisa berjalan dengan baik-baik saja, ada guru yang mengajar dengan penuh kelembutan siswa-siswanya ternyata begitu menghormatinya, ada pimpinan  yang dicintai karyawannya karena dia memimpin dengan senyumnya, ada orang tua yang begitu disayangi anaknya karena mereka mendidik dengan cintanya, ada pasangan yang saling mengasihi karena mereka berkomitmen lewat pengertiannya. Banyak hal indah yang bisa hadir tanpa kemarahan, banyak kelegaan yang bisa ditampilkan tanpa menyakiti orang lain, banyak kemudahan yang terjadi adanya komunikasi yang baik antara kita.
Kalau tanpa marah semua bisa berjalan dengan baik-baik saja,  kenapa harus marah....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar