Senin, 12 November 2018

KETIKA DIPERSALAHKAN HARUS NGAPAIN KITA...?


Manusia adalah tempatnya salah, kesalahan itu bisa terjadi karena ketidaksengajaan ataupun disengaja. Kadang sudah sangat berhati-hati dalam melakukan sebuah pekerjaan, tapi kesalahan itu masih muncul juga. Yang hadir kemudian adalah orang-orang yang datang dengan banyak keluhan tentang kesalahan kita, kalau hanya keluhan mungkin tak terlalu masalah, tapi kalau kemudian kemarahan dan kekesalan yang ditumpahkan, ah itu sangat menyedihkan sekali...

Di samping sedih pasti  “kecewa”, mengapa kecewa, iyalah... kita sudah bersusah payah dengan pekerjaan kita, tapi  ternyata dinilai salah dengan cara yang menyakitkan. Kalau caranya  halus dan elegan mungkin tak terlalu masalah tapi kalau sudah menyakitkan hati ? Itu akan  sangat melukai kita dan akan  terus berbekas. Menyakiti  hati orang lain seperti menancapkan paku pada kayu, ketika kemudian paku itu dicabut akan menimbulkan bekas yang tidak bisa hilang. Menegur orang yang salah itu wajib, tapi bagaimana cara menegur, itu yang harus diperhatikan.
Lantas kalau sudah terlanjur salah harus ngapain kita....?

Nggak perlu ngapa-ngapain dulu,  karena yang biasa dilakukan (khusus perempuan)  saat dipersalahkan adalah menangis, kenapa menangis...? Perempuan itu begitu halus perasaanya, ketika harus berhadapan dengan kekasaran  ya nggak  apa-apa nangis, mumpung gratis ....? Lagian menangis juga membuang energi negatif dari diri kita, ada perasaan lega karena beban bisa dibuang melalui air mata.  Kalau  sudah selesai nangisnya ini yang musti  dan kudu dilakukan, “minta maaf”.

Ada kalimat “sudah sakit tapi tetap harus minta maaf....”. Ya  itu adalah upaya kita menunjukkan kebesaran hati kita, bahwa kita tetap manusia yang mau dikoreksi oleh orang lain. Yang menyedihkan adalah kalau selanjutnya kita selalu terus  dianggap “salah” walau sebenarnya kita berada di tempat yang benar. Jadi tepat  ungkapan “Panas setahun dihapus hujan sehari” Kebaikan yang dilakukan sepanjang hidup kita, hilang karena satu kesalahan” dan untuk membangun kepercayaan lagi harus dilakukan dengan tambahan keraguan dari orang-orang sekitar kita.

Mungkin benar ketika kita dipersalahkan yang muncul kemudian adalah rasa takut untuk melakukan sesuatu,  sakit yang ada dalam hati  kita tidak begitu saja bisa dilupakan. Akhirnya apa yang terjadi,  kita tidak melakukan apa-apa karena takut dipersalahkan.  Harusnya tidak seperti itu, tapi kalau dengan diamnya kita membuat orang lain merasa senang, ya sudahlah, mungkin  diam itu lebih baik. Mengutip sabda Rasulullah "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir  maka  hendaklah dia berkata yang baik atau diam".  (untuk sebuah kesalahan yang tidak sengaja aku lakukan....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar