Manusia adalah
tempatnya salah, kesalahan itu bisa terjadi karena ketidaksengajaan ataupun
disengaja. Kadang sudah sangat berhati-hati dalam melakukan sebuah pekerjaan,
tapi kesalahan itu masih muncul juga. Yang hadir kemudian adalah orang-orang
yang datang dengan banyak keluhan tentang kesalahan kita, kalau hanya keluhan
mungkin tak terlalu masalah, tapi kalau kemudian kemarahan dan kekesalan yang
ditumpahkan, ah itu sangat menyedihkan sekali...
Di samping sedih pasti “kecewa”, mengapa kecewa, iyalah... kita sudah
bersusah payah dengan pekerjaan kita, tapi
ternyata dinilai salah dengan cara yang menyakitkan. Kalau caranya halus dan elegan mungkin tak terlalu masalah
tapi kalau sudah menyakitkan hati ? Itu akan
sangat melukai kita dan akan
terus berbekas. Menyakiti hati orang
lain seperti menancapkan paku pada kayu, ketika kemudian paku itu dicabut akan
menimbulkan bekas yang tidak bisa hilang. Menegur orang yang salah itu wajib,
tapi bagaimana cara menegur, itu yang harus diperhatikan.
Lantas kalau sudah terlanjur
salah harus ngapain kita....?
Nggak perlu
ngapa-ngapain dulu, karena yang biasa dilakukan (khusus perempuan) saat dipersalahkan adalah menangis, kenapa
menangis...? Perempuan itu begitu halus perasaanya, ketika harus berhadapan
dengan kekasaran ya nggak apa-apa nangis, mumpung gratis ....? Lagian menangis juga membuang energi negatif dari diri
kita, ada perasaan lega karena beban bisa dibuang melalui air mata. Kalau sudah
selesai nangisnya ini yang musti dan
kudu dilakukan, “minta maaf”.
Ada kalimat “sudah sakit tapi
tetap harus minta maaf....”. Ya itu adalah upaya kita menunjukkan kebesaran
hati kita, bahwa kita tetap manusia yang mau dikoreksi oleh orang lain. Yang
menyedihkan adalah kalau selanjutnya kita selalu
terus dianggap “salah” walau sebenarnya
kita berada di tempat yang benar. Jadi tepat ungkapan “Panas setahun dihapus hujan sehari”
Kebaikan yang dilakukan sepanjang hidup kita, hilang karena satu kesalahan” dan
untuk membangun kepercayaan lagi harus dilakukan dengan tambahan keraguan dari
orang-orang sekitar kita.
Mungkin benar ketika kita
dipersalahkan yang muncul kemudian adalah rasa takut untuk melakukan sesuatu, sakit
yang ada dalam
hati kita tidak begitu saja bisa dilupakan.
Akhirnya apa yang terjadi, kita tidak
melakukan apa-apa karena takut dipersalahkan. Harusnya
tidak seperti itu, tapi kalau dengan diamnya kita membuat orang lain merasa
senang, ya sudahlah,
mungkin diam itu lebih
baik. Mengutip sabda Rasulullah "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam". (untuk sebuah
kesalahan yang tidak sengaja aku lakukan....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar