Tulisan kali ini dimulai dengan sebuah kalimat motivasi “Hari kemarin,
bagaimana pun baik atau buruknya, telah berlalu. Hari ini adalah, waktu untuk melihat langit,
biru yang cerah”. Kalimat di atas bisa diberikan makna, bahwa yang terjadi di hari-hari kemarin ya
sudahlah, hari ini kita harus kita buat menjadi hari yang penuh kebahagiaan dan
harapan. Semua manusia memang menginginkan untuk bisa melakukan itu, selalu
optimis dalam menjalani hari-harinya dan segera melupakan masa lalu.
Tapi, bagaimana jika hari ini ternyata ada
bayang-bayang yang menghalangi kita
untuk memandang langit biru itu. Bagaimana jika hari kemarin tidak bisa
kita tinggalkan, namun kembali menyertai kita. Mengajak kita untuk kembali ke
hari kemarin lagi. Sebenarnya ini salah
siapa.....Kenapa istilah “move on” ternyata bukan masalah yang gampang. Semua jadi
rumit dan komplek karena ternyata manusia-manusia yang punya masalah seperti
itu jumlahnya sangat banyak. Dan kalau ditanya “kenapa nggak bisa move on”
rata-rata mereka tidak bisa memberikan alasan
kenapa bisa seperti itu.
Kalau hari
kemarin itu “membahagiakan” mungkin ngak apa-apa kalau kita
ingin berlama-lama bersamanya, tapi
jika hari kemarin itu adalah hari yang buruk kita akan terjebak dalam perangkap bernama “kesedihan”.
Kebanyakan kita berharap bahwa “waktu” yang akan membantu untuk menyelesaikan masalah
itu, memang ada yang kemudian melupakan hari kemarin dengan berjalannya waktu,
besaran waktunya berbeda-beda untuk setiap orang, tapi yang jelasnya waktunya
nggak sebentar. Setahun, dua tahun sampai tak terbilang waktu yang kita gunakan
untuk melupakan masalah itu.
Kalau saja hidup bisa
selalu seperti harapan kita, tentunya tidak akan ada istilah bernama “penyesalan”.
Tidak perlu ada kalimat “Kalau saja waktu dapat kembali....” Kita dapat atur-atur hidup kita persis sama seperti yang kita
rencanakan. Tapi kalau kehidupan seperti itu, rasanya tidak akan ada “kejutan lagi”, bukankah kebahagiaan dan kesedihan yang diberikan kepada
kita membuat hidup jadi berwarna dan penuh
dengan hal yang tidak kita duga. Apakah
menyenangkan jika “kebahagiaan” itu direncanakan, “kesedihan” direncanakan. Bukankah
akan sangat menyenangkan ketika kita sedih tiba-tiba datang kebahagiaan, akan ada kejutan saat kita bahagia lantas kita
diberikan kesedihan, saat kita sesak kita diberikan solusi, saat sempit kita
diberikan kelapangan. Hidup ini bukan
kita yang atur, tapi ada yang Maha Hak, yang sudah menuliskannya, kalau hari
ini kita belum melihat langit biru itu, yakinlah bahwa ada besok lusa yang akan
diberikan, tidak hanya langit yang berwarna biru, tapi juga akan disertai
dengan pelangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar