Libur akhir tahun, seperti biasa saya menyempatkan untuk pulang kampung, karena liburan kali ini lumayan lama saya menyempatkan untuk bersilaturahmi ke salah saorang teman yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri. Setelah berbasa-basi sejenak, akhirnya teman saya tadi bercerita tentang kesibukannya akhir-akhir ini yaitu berjualan nasi uduk. “Alhamdulillah langganan saya lumayan banyak....” dia bercerita dengan mata berbinar pertanda dia menyukai kesibukannya tersebut. “Dalam sehari saya bisa dapat untung 15 ribu, saya bersyukur, karena dengan kesibukan ini, anak-anak saya bisa tiap hari makan nasi uduk, bisa makan kerupuk dan tempe goreng setiap hari, sampai bosan... saya juga bisa membayar uang sekolah anak saya... pokoknya dapat untung dikit nggap apa-apa yang penting usaha ini lancar....” cerita ini mengalir tanpa beban dan terasa sangat menyenangkan.
Saya tercekat mendengar cerita itu, dada saya seolah-olah dihimpit oleh ribuan rasa bersalah. Bagaimana tidak, teman saya untuk mendapatkan uang 15 ribu harus bersusah payah seperti itu, bangun jam 4 pagi, memarut kelapa, membuat sambal, menggoreng tempe, dan setelah dibungkus dia harus mengantarkan kepada setiap langganannya. Begitu payah untuk uang 15 ribu, sedangkan saya.... Saya tipe orang yang boros dan ceroboh dalam menggunakan uang, apakah mungkin karena memang sudah sifat saya atau mungkin karena saya tidak begitu kesulitan untuk mencari uang sehingga saya jadi begitu mudah untuk menghambur-hamburkannya. Saya merasa bersalah dengan sifat saya selama ini, kenapa tidak pernah bisa mengendalikan keinginan-keinginan yang sebenarnya bisa saya redam, tidak bisa menolak keinginan-keinginan yang sebenarnya tidak harus saya penuhi.
Teman saya tadi bukan orang yang berpendidikan tinggi dia juga tidak bisa dikatakan sebagai orang yang pandai bergaul, tapi sungguh saya salut dengan cara berfikirnya, saya kagum dengan caranya mengelola setiap urusan hidupnya. Saya melihat betapa dia menikmati setiap ketentuan yang sudah digariskan Allah untuknya, menikmati setiap tetesan usaha yang dia kerjakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menikmati setiap apapun yang dia dapatkan dalam hidupnya....Mungkin karena dia selalu menyukuri setiap rezeki yang dia terima sehingga Allah kemudian mencukupkan setiap kebutuhannya. .....
Pulang dari berkunjung saya dihinggapi rasa gelisah yang luar biasa, kenapa saya yang bisa dikatakan mapan untuk urusan penghasilan dan pendidikan tapi tidak pernah menata hati saya untuk menyukuri setiap nikmat yang sudah diberikan Allah kepada saya. Saya selalu merasa kurang, serakah, dan apapun yang saya lakukan orentasinya adalah uang. Bisakah saya mencontoh cara berfikir dan cara hidup teman saya tadi....? Saya tidak terlalu yakin, tapi saya akan mencobanya. Bantu saya ya Allah....(untuk teman sekaligus saudara Dwi Riani)
Selasa, 25 Desember 2018
Minggu, 23 Desember 2018
CERITA TUKANG SEMANGKA....
Hari itu, dalam sebuah perjalanan saya memutuskan untuk membeli buah semangka. Saya memarkir Mio merah saya di samping kedai buah yang kebetulan menjual buah semangka. “Bang, berapa...?” tanya saya sambil menunjuk semangka yang digantung. “Oh itu 15 ribu mbak, semangkanya sudah tua dan saya jamin matang” jawab abang tukang semangka itu dengan ramah. “10 ribu ya Bang....” tawar saya. “Belum Mbak, tapi kalau Mbaknya beli 2 saya kasih 25 ribulah”. “Oh gitu ya, tapi dipilihin yang merah ya Bang...” pinta saya lagi. “Tenang Mbak saya nanti pilihkan yang bagus”. Abang tadi segera memilih-milih semangka untuk saya. Mengangkatnya, mengetuk-mengetuk dengan jari-jarinya seolah-olah memastikan bahwa semangka yang dipilihnya adalah semangka yang tua dan bagus, sampai sebuah mobil dengan plat jauh berhenti di depan kedai buah itu.
Tanpa turun, pengemudi mobil tadi bertanya “Bang itu semangka berapa duit...!” tanyanya dengan nada yang agak tinggi. Abang tadi menoleh ke arah buah semangka yang ditunjuk pengemudi mobil. “30 ribu pak...” jawab abang tukang semangka. “Wah mahal amat, 15 ribu ya.... cari untung jangan banyak-banyaklah nanti cepat kaya kamu...” tawarnya kemudian. “Sudah harganya lho Pak, kalau Bapak mau iya, tapi kalau 15 ribu belum bisa” Abang tukang semangka menjawab dengan santai. “20 ribu aja ya, saya mau ambil 2 ini...!”. Abang tukang semangka masih menggeleng pertanda dia tidak menyetujui tawaran si pengemudi mobil. “Kalau Bapak mau ambil 2, saya kasih 50 ribu, gimana....?”. Akhirnya setelah agak lama berdebat bapak pengemudi mobil tadi membayar 50 ribu untuk 2 semangkanya.
Saya terdiam bingung dengan kejadian tadi, bagaimana tidak....saya membayar 25 ribu untuk 2 semangka sedangkan bapak tadi membayar 50 ribu untuk 2 semangka juga. Dan semangka yang kita beli warna dan ukurannya sama saja. Agaknya abang tukang semangka memahami kebingungan saya. “Kenapa Mbak bingung...?” dia bertanya. “Iyalah Bang, kok Bapak tadi lebih mahal, padahal kan semangkanya sama saja” jawabku. “ Saya sebenarnya bisa kasih harga sama dengan punya Mbak, tapi saya tidak suka dengan orang sombong seperti bapak tadi....” jawab Abang tukang semangka. Saya mengangguk dan berusaha mencerna kalimat Abang tukang semangka tadi, setelah membayar dan mengucapkan terimakasih saya melanjutkan perjalanan saya.
Di perjalanan saya berfikir tentang kejadian yang barusan saya alami. Saya melihat tukang semangka tadi adalah pribadi yang sopan dan ramah, tapi di samping itu dia juga manusia biasa yang juga ingin dihargai. Bapak pembeli tadi memang kurang sopan ketika mau membeli semangka, bukan hanya dia tidak turun dari mobilnya tapi juga cara menawar yang sepertinya kurang simpatik. Dia berusaha untuk menjatuhkan harga diri si penjual semangka sehingga abang tadi jadi tersinggung. Aaaah..... Dengan komunikasi yang baik sebenarnya kita diberikan banyak kemudahan, dengan komunikasi yang baik kita dihargai oleh orang lain, dengan komunikasi yang baik kita dihormati oleh orang lain, tapi kenapa banyak orang memilih cara komunikasi yang kurang baik ya......
Kamis, 13 Desember 2018
HARI INI.......
Pagi ini, rasanya lega banget,
setelah sekian lama berkutat pada tugas yang sepertinya tak ada ujung, akhirnya
semua selesai juga. Tak peduli bahwa esok akan bertemu dengan tugas-tugas baru,
yang jelas pagi ini pengen istirahat
sejenak. Merasakan betapa beban itu sepertinya sirna, merasakan begitu nyamannya ketika membuka hp membaca
berita-berita ringan yang menyenangkan, makan pagi tanpa terburu-buru,
menikmati setiap helaan udara yang berhembus memasuki rongga-rongga dada kita.
Dan rasa ini, hanya bisa dirasakan oleh
orang-orang yang memang benar-benar mengisi hidupnya dengan berkarya, entah itu
karya berupa belajar ataupun bekerja. Kecil
atau besar karya kita tak masalah, yang
penting ketika itu sesuai atau bahkan melampau target kita, woow....rasanya
akan sangat luar biasa.
Pagi ini, ketika membuka mata terasa berbeda
dengan hari kemarin, kalau kemarin begitu bangun tidur sudah sesak otak kita
dengan berbagai rencana dan agenda rutin.
Tapi hari ini semua terasa
berbeda, jalan-jalan pagi kaki terasa lebih enteng, jalan-jalan yang dilewati
terasa lebih indah, mungkin sebenarnya memang indah dari dulu tapi karena tidak
sempat menikmati keindahan itu jadi hari ini terasa lain. Sampai di rumah
nonton TV mengikuti berita-berita, infotainment, tips memasak....wah terasa
lain rasanya. Biasanya nonton TV sambil makan, pakai baju, atau sambil menyusun
rencana-rencana kerja, nggak pernah fokus. Hari ini, bisa berlembar-lembar baca
Al quran, satu kegiatan yang sebenarya harus jadi agenda rutin, tapi terkesan malah
sering terlupakan, bisa membongkar lemari menyisihkan pakaian kita yang
memenuhi lemari untuk dibagikan kepada saudara-saudara di sekeliling kita, bisa
kembali memandangi tanaman yang kita tanam, kalau biasanya cuma lihat pas nyiram tapi
pagi ini bisa dinikmati, bahkan disetiap helaian daunnya.
Harusnya semua hari yang kita miliki bisa seperti
hari ini, nggak harus menunggu harus
ketemu dengan hari libur, apa mungkin karena
kita terlalu memikirkan dunia akhirnya kita sendiri yang tidak pernah bisa
menikmati hidup ini. Seberapapun rezeki yang kita kejar tak akan cukup, tapi
sesedikit apapun rezeki yang kita punya asal kita syukuri maka akan terasa
lebih. Mungkin sekarang saatnya, untuk belajar menikmati hidup ini, menyadarkan
diri untuk selalu bersyukur, tidak terlalu ngotot untuk memikirkan dunia yang
hanya sesaat ini.
Besok, akan banyak tugas yang menanti, tapi harus mulai disiasati dengan
sudut pandang yang berbeda, bekerja dan belajar sebagai ibadah, bukan
semata-mata karena gaji dan penghasilan.
Menyandarkan hidup ini pada Sang Kuasa, karena Dialah pemilik semesta
ini. Menikmati hidup berarti mengisinya dengan berbagai macam ibadah dan
kegiatan yang mendekatkan kita kepada pencipta. Menikmati hidup berarti
bersyukur atas umur panjang yag diberikan kepada kita. Menikmati hidup berarti
bersedekah dan berbagi dengan sesama. Menikmati hidup berarti selalu berjalan
di atas garis yang sudah ditetapkan. Menikmati hidup berarti membuat hari-hari kita seperti hari ini, bahkan
harus lebih baik. Ya, Allah....ajarkan kami untuk
menjadi manusia yang lebih baik…...
Senin, 10 Desember 2018
ADAKAH SISI NEGATIF KITA....?
Hari ini kita coba memberanikan diri untuk menulis tentang sisi negatif
yang selama ini sering kita sembunyikan. Nggak munafiklah kalau semua orang itu
pasti punya sisi yang kurang baik, makanya terus hadir ungkapan “Manusia memang
bukan makluk yang sempurna”. Sayangnya,
tidak semua orang berani mengakui bahwa dia memiliki sisi-sisi itu. Hampir
semua manusia selalu mengatakan bahwa dirinya baik, pintar, pengertian,
memahami orang lain, dan segudang sebutan yang berkonotasi positif. Tapi kalau
istilah pemalas, pemarah, sombong, pembohong pasti kita lekatkan untuk orang
lain yang pasti bukan kita. Bisa ya
kayak gitu, ya iyalah “Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, sedangkan semut
di seberang lautan kelihatan” itu kan
berarti kita selalu bisa mengkoreksi kesalahan atau kekurangan orang lain, tapi
untuk mengoreksi kesalahan sendiri ya...mana sempat. Kan memang lebih asyik
menggunjingkan orang lain daripada membicarakan diri sendiri, padahal
jangan-jangan aib kita lebih ..........
Kalau kita harus menuliskan beberapa
kata yang mencerminkan sisi negatif kita, kita akan berpikir
berulang kali untuk menemukan satu kata saja, tapi kalau kita harus menuliskan
hal baik kita, maka puluhan kata dengan predikat positif akan
sangat mudah kita temukan. Coba tengok lebih
dalam, lebih dalam lagi dan jujurlah bahwa sebenarnya nggak sepenuhnya kita itu
baik. Koreksi lebih lanjut bahwa sebenarnya kita pribadi yang ceroboh, penakut,
malas, sok pintar, pembohong dan kadang-kadang kita juga sombong.
Pernahkan mengalami kejadian, saat semua pekerjaan kita seharusnya
selesai tapi jadi tertunda gara-gara
kita melupakan sebuah hal sepele, kita melupakan sesuatu. Sebenarnya itu terjadi karena kita ceroboh, tidak menghitung secara
cermat apa yang kita kerjakan, tapi karena kita nggak mau dikatakan ceroboh ,
akhirnya kita mencari-cari kambing hitam supaya kita tidak dipersalahkan. Kalau
kita menyadari kalau kita ceroboh, ke depannya kita pasti berhati-hati dalam
setiap tindakan yang kita kerjakan. Mengingat, mencatat, dan berpikir
njlimet untuk setiap pekerjaan kita kayaknya nggak
salah, perlu juga untuk selalu berhati-hati dan berpikir berulang agar
kelalaian-kelalaian itu dapat kita minimalisir.
Ambil hikmah atas kecerobohan itu,
jangan selalu menyalahkan orang lain untuk kelalaian yang kita lakukan.
Di samping ceroboh kadang-kadang kita juga
penakut. Takut itu bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari takut yang
bawaan orok, takut karena trauma, takut dipersalahkan dan lain-lain. Contoh kecil
saja ketika Big Bos salah kostum dalam sebuah acara, kita biasanya mendiamkan
saja kejadian itu. Mengingatkan Bos, kok kesannya ngatur-ngatur gitu, nggak
diingetin kok Bos jadi bahan omongan. Orang yang penakut biasanya tidak mau ambil resiko untuk hal-hal seperti itu, jadi memilih untuk diam.
Padahal belum tentu juga Bos marah karena kita ingetin, siapa tahu Bos
menganggap kita bawahan yang penuh perhatian dan loyalitas, dan endingnya Bos
jadi sayang sama kita....tapi kalau
kita takut ambil resiko, kita tidak akan pernah bertemu dengan hal-hal hebat di luar dugaan kita.
Di samping ceroboh dan penakut kita
ternyata juga orang yang malas, jangankan untuk kepentingan orang lain, bahkan untuk kepentingan masa depan
kita sendiri saja kita sangat malas. Kita malas belajar, akibatnya nilai kita
jatuh, kita malas bangun pagi akibatnya kita kesiangan, kita malas bergaul
akibatnya kita tidak punya teman, kita malas mandi akibatnya badan kita
gatal-gatal, dan banyak malas-malas lain yang melekat pada diri kita. Tapi kalau
orang lain mengatakan kita pemalas, wah jangan tanya...kita pasti nggak terima.
Untuk diri kita sendiri kita begitu malas apalagi kalau sampai harus menolong
orang lain, bersedekah, tersenyum, minta maaf, mengucapkan terimakasih. Wow...rasanya gimana ya....
Padahal kalau kita mau berpikir bijak
tidak semua hal negatif itu jelek lho. Contohnya sifat malas, bagaimana kalau
kemudian kita asosiasikan dengan malas untuk bangun siang, malas untuk
ngomongin orang lain, malas untuk mendapatkan nilai ujian jelek, malas untuk
tinggal diam, dan malas-malas lain yang kemudian menggiring kita untuk
berperilaku positif. Keren juga kan.... Yang jelas adalah
bagaimana mengelola hal-hal negatif kita itu menjadi sebuah motivasi agar hidup
kita menjadi lebih baik, menghilangkan sama sekali sifat itu jelas nggak
mungkin, namun kita bisa menguranginya.
Minggu, 02 Desember 2018
SUDAH LIMA HARI NGGAK NULIS....
Sudah lima hari nggak nulis untuk blog kita, ada sebuah
perasaan bernama kangen yang tiba-tiba muncul, ada sebuah keinginan kuat untuk
menengoknya di sela-sela rutinitas kita yang padat, membukanya, membacanya dengan perasaaan sama seperti saat kita membaca surat dari pacar
kita. Tersenyum-senyum sendiri, dan mulai bingung mau nulis apa lagi untuk blog
kita selanjutnya. Kita menyadari kalau menulis itu sulit, tapi kita juga
menyadari bahwa menulis membuat hidup kita menjadi berbeda. Entah menulis apapun, yang jelas kita selalu
menitipkan curahan hati kita lewat tulisan-tulisan itu. Merasakan bahwa ada
beban berat yang ikut hilang ketika kita memutuskan untuk memulai menulis.
Menulis, mungkin tidak setiap orang mengatakan bahwa
menulis itu menyenangkan, banyak orang malahan yang bilang bahwa menulis adalah
pekerjaan yang nggak asyiik, nggak berkelas, ataupun nggak menantang. Sebagian orang
bahkan menganggap bahwa pekerjaan menulis kalah mentereng dibandingkan dengan
pekerjaaan-pekerjaan mapan seperti dokter, para youtuber bahkan membandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan pemacu
adernalin seperti para pendaki gunung. Yaaa...
Entah benar atau tidak anggapan itu, tapi Pramudya Ananta
Toer pernah mengatakan “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia
tidak menulis dia akan hilang dalam sejarah, menulis adalah bekerja untuk
keabadian”. Jadi dari kalimat itu Pram berusaha menitipkan pesan bahwa kalau
kita mau dikenang dalam sejarah maka “Menulislah”, karena kalau manusia sudah
pada satu titik yang bernama “Mati....” maka tulisan kita akan menjadi
kenang-kenangan untuk orang-orang yang kita tinggalkan, mereka akan mengingat kita lewat tulisan yang kita buat….
Kalau ingat kalimat Pram tadi rasanya semangat terus pengen selalu menulis, tapi mau nulis
apa....? Kadang sepertinya sudah kehabisan ide, mentok, nggak ada ilham atau
inspirasi, ditambah kita hidup di
komunitas yang nggak mendukung untuk nulis, waduuuh.... itu akan menambah
kemalasan kita untuk menulis, lebih enak duduk-duduk sambil ngopi memainkan
gadget ataupun ngobrol tentang pernikahan Clarissa Wang, lalu membayangkan
dapat doorprize Jaguar.... Uuuhh lantas pikiran kita akhirnya mengajak kita untuk membanding-bandingkan hidup
kita dengan orang lain, ujung-ujungnya
kita merasa tak berdaya, kita menderita dan akhirnya kita tidak menyukuri hidup
ini.
Wah kalau sampai pada keadaan ini gaswat juga ya.....?.
Tapi mau nulis juga nulis apa ya, gimana kalau kita nulis tentang hayalan kita,
lamunan kita, cita-cita, pasangan idaman, pekerjaan dambaan ataupun
tentang rencana-rencana masa depan kita,
kayaknya oke juga tuh. Atau kalau nggak, gimana kalau kita tulis tentang
sisi-sisi negatif kita juga, semua orang
lho punya sisi negatif, tapi tidak semua orang berani mengakuinya. Seseorang cenderung
menganggap bahwa dirinya baik, penuh perhatian, pengertian, tapi tak mau
mengakui kalau sebenarnya kita juga malas, suka cemburu, iri sama teman sendiri.
Berani nulisnya....?
Selasa, 27 November 2018
MUNGKIN KAU LEBIH KUAT.......
Jika kamu merasa
bebanmu lebih berat daripada yang lain, itu karena Tuhan melihatmu lebih kuat
daripada yang lain. Wow... memotivasi banget kalimat tadi. Tapi meyakini kalau
kita lebih kuat dari yang lain kok ya susah ya....apalagi kalau kita
menumbuhkan keyakinan itu pada saat kita
terpojok, saat kita berderai-derai air mata, saat kita sedang jatuh, tertimpa
tangga, dan ketumpahan cat..... Karena selama ini kita menganggap bahwa orang
kuat itu adalah orang yang tidak pernah menangis, tidak pernah merasa sedih,
tidak meratap-ratap, selalu optimis dan selalu bersemangat menghadapi semua
masalah. Orang yang kuat adalah orang yang selalu mampu melewati semua masalah
dengan elegan, gagah tanpa perlu berkeluh kesah. Sedang kita.....?
Beban hidup yang berat kadang membuat kita perpikir kalau
kita tak akan sanggup melewatinya, tapi ternyata….. kita mampu kok melewati semua itu, walau kadang harus dengan
jatuh bangun. Ketika datang persoalan lagi kita jatuh lagi, bangun lagi, walau dengan cucuran keringat dan air
mata, akhirnya kita bisa melewati
persoalan itu. Selalu seperti itu, tapi lama- kelamaan kita belajar menghadapi
semua masalah itu, bagaimana mensiasati masalah, bagaimana ketika harus bangun
saat jatuh, bagaimana harus menyeka setiap tetesan keringat dan air mata kita. Dengan
masalah kita diajarkan untuk tidak goyang saat badai dan topan menghantam kita,
dengan masalah kita diajarkan untuk
tetap tegar ketika gempuran memporak-porandakan
kehidupan kita.
Kalau kita bijak, kita bisa mengambil hikmah atas semua
beban yang ditimpakan Tuhan kepada kita. Bahwa
luka-luka itu akan mendewasakan kita, bahwa setiap musibah itu akan menegakkan kita. Bahwa sebenarnya Tuhan sangat menyayangi kita, Tuhan
selalu memperhatikan dan mengawasi kita, sehingga Tuhan ingin menempa kita untuk menjadi orang yang
lebih kuat lewat masalah dan beban yang diberikan kepada kita. Jangan berpikir “beban beratnya”, tapi perpikir bahwa
“Begitu kuatnya kita”. Tanamkan dalam diri
kita bahwa “Saya Kuat, Saya lebih kuat, dan Saya paling kuat”. Tuhan tidak akan
membiarkan kita sendiri menghadapi beban itu, dia yang akan selalu membantu
kita untuk mengurai satu persatu beban yang sudah Dia berikan.
Yakin saja bahwa apa yang ada dalam fikiran kita itulah
yang akan terjadi, ketika kita berpikir bahwa kita adalah manusia kuat, maka
kuatlah kita, ketika kita berpikir bahwa kita adalah manusia lemah, maka lemahlah kita. Kita harus
memberikan sugesti positif dalam pikiran kita bahwa kita akan mampu melewati
saat-saat berat itu. Kenapa harus begitu, ya....karena sebenarnya Tuhan tidak akan pernah salah untuk memilih umat
mana yang harus Dia berikan beban itu. Jadi jangan juga berfikir kalau manusia
yang tidak pernah menghadapi masalah,
manusia yang hidupnya menyenangkan,
bahagia, lempeng-lempeng tanpa beban itu
adalah manusia yang disayangi Tuhan. Tuhan menyayangi kita dengan
berbagai cara, salah satunya dengan
selalu menguji kita, menguji kita dengan berbagai beban dan masalah. Jadi
yakinilah kalimat “Jika kamu merasa
bebanmu lebih berat daripada yang lain, itu karena Tuhan melihatmu lebih kuat
daripada yang lain”. Jangan lupa tersenyum untuk hidup ini, karena sebenarnya
hidup ini indah..........
Senin, 26 November 2018
APA YANG BERBEDA HARI INI....?
“Hari ini saya
ingin minum teh dua gelas” kata seorang teman suatu pagi. Saya tahu bahwa teman
saya itu biasanya tidak minum teh ataupun kopi, dia saya lihat lebih suka minum
air putih atau mineral. “Kenapa...?” saya bertanya dengan heran. “Karena saya
ingin selalu melakukan sesuatu yang berbeda di setiap hari saya, saya tidak
ingin hidup saya selalu sama warnanya, saya tidak ingin sampai pada sebuah
kondisi bernama “bosan”.” Dia menjawab dengan tegas, atau lebih tepatnya dia
menjawab dengan penuh kepastian. Saya kagum dengan jawaban itu, dan memang
jawaban itu mewakili dirinya. Saya memang melihatnya sebagai orang yang berbeda
setiap hari, dia penuh inovasi, penuh dengan terobosan, dan penuh dengan
ide-ide yang kadang-kadang tidak masuk akal, bahkan saya sering diajak diskusi
untuk membicarakan rencana-rencananya. Hidupnya sederhana, bicaranya sederhana,
tapi semangatnya yang tidak sederhana, ketika dia mendapatkan sebuah pekerjaan
atau tugas dia akan mengerjakan dengan penuh ketelitian dan detail. Penuh dedikasi
dan tanggung jawab, walau ternyata hal
seperti itu tidak selamanya disukai teman-teman.
“Hari ini saya ingin minum
teh dua gelas” Aah...ternyata memang harusnya ada selalu yang berbeda dalam
hidup kita, berbeda bukan berarti selalu baru, tapi juga bisa karena kita
memodifikasi sesuatu yang sudah ada, berbeda bisa juga berarti berbeda bilangan
yang kita kerjakan. Kalau teman kita
belajar sampai jam 10 malam, tidak apa-apa kita juga belajar sampai jam 10
malam, tapi menjelang subuh kita bisa menambahnya setengah jam lagi, kalau
teman hari ini berkerja 8 jam sehari, tidak apa-apa jika kita bekerja 8 jam
sehari tapi tambahkan senyum dan semangat dalam pekerjaaan kita, kalau saudara
kita hari ini bersedekah 100 ribu, tidak apa-apa jika kita bersedekah 100 ribu juga, tapi tambahkan ketulusan dan keiklasan dalam setiap sedekah kita,
karena jika kita melakukan hal yang
berbeda maka kita akan menerima hasil yang berbeda pula, bukankah juara kelas
antara rangking 1 dan 2 jumlah nilainya hanya berbeda sedikit, bukankah pemenang lomba lari antara juara 1 dan
2 selisihnya hanya sekian detik. Lantas apa yang membedakan antara juara 1 dan 2, antara
rangking 1 dan 2, jawabannya, karena
usaha yang dilakukannya mereka berbeda, walaupun mungkin perbedaannya hanya
sedikit.
Jadi sesungguhnya benar
lho ungkapan yang bilang “hasil tidak menghianati usaha”. Sederhananya, ketika kita melakukan hal yang sama dengan
orang lain, hasil yang didapat akan kurang lebih sama, tapi kalau kita mau hasil yang berbeda
maka usaha yang kita lakukan juga harus berbeda donk. Berbeda bukan berarti salah, berbeda berarti yang kita
lakukan dan kita punyai itu tidak sama dengan orang lain. Kalau orang lain bekerja karena
motivasinya gaji, kita bisa menambahkan,
di samping gaji kita juga pengen
kalau kerja kita adalah ibadah, kalau orang lain belajar karena pengen nilai
yang bagus, kita bisa menambahkan, di samping nilai bagus kita juga pengen
membahagiakan orang tua kita, kalau kita berjualan karena mau dapat untung,
kita bisa menambahkan, di samping ingin untung kita juga pengen silaturahmi
dengan orang lain. Berikan sentuhan berbeda dalam hidup kita setiap harinya,
hal-hal kecil, hal-hal sepele yang membuat hidup ini lebih bermakna.
Kalau di kantor, di sekolah, di lingkungan
tempat tinggal, teman-teman memilih untuk mengobrol atau
makan-makan saat istirahat atau luang, maka ada
baiknya jika kita melakukan hal yang berbeda, bisa saja kita mulai buka hp dan
mulai berjualan, mencari resep masakan, membaca tentang kiat-kiat hidup sehat,
menemukan cara menanam bunga anggrek yang benar, mengumpulkan bahan untuk
proyek-proyek pekerjaan kita, atau bisa saja kita buka laptop dan mulai menulis
untuk bahan blog kita.
Tidak membaur dan ngobrol
dengan teman-teman bukan karena kita an-sos (baca anti sosial), tapi karena mengobrol adalah
hal yang sudah biasa kita kerjakan. Bukankah ngobrol dengan teman-teman kegiatan rutin yang selalu kita lakukan? Sebelum kerja,
disaat-saat kita belajar, pada saat kita keluar rumah, pada saat istirahat, bukankah kita selalu mengobrol dengan
teman-teman kita ? Ketika obrolan sudah telalu lama biasanya mengarah kepada
obrolan-obrolan yang tidak sehat, mulai bergunjing, saling olok-olok, pamer,
dan akhirnya bukan obrolan yang bermanfaat lagi tapi sudah pada obrolan yang
tidak ada gunanya.
Yang muncul kemudian adalah perasaan-perasaan aneh bernama iri, kalah, menang,
tidak diperhatikan, dicuekin. Jadi ngapain kita melakukan hal-hal yang biasa,
udah biasa nggak dapat apa-apa lagi....yaaa.
“Hari ini saya ingin minum
teh dua gelas” Aaaah ternyata berbeda bukan berarti salah, berbeda karena kita
ingin mewarnai hidup kita dengan hal-hal yang lain, bukankah keanekaragaman
menciptakan keharmonisan, dan keseragaman menciptakan ketimpangan? Bukankah karena warna yang
berbeda-beda menjadikan sebuah lukisan terlihat indah.....Bener nggak sih kalimat penutup dalam
tulisan ini.... Mudah-mudahan hari ini kita bisa melakukan hal yang berbeda untuk hidup
kita. Jangan lupa tersenyum untuk hidup kita, karena hidup ini indah...
Sabtu, 24 November 2018
SUDAHKAH BERSYUKUR HARI INI....?
Pagi ini, Alhamdulillah kita dibangunkan dari tidur kita
dalam keadaan sehat walafiat, sementara yang lain masih dalam keadaan sakit, kita bersyukur hari ini masih bisa makan dengan lauk tempe sementara yang
lain hanya pakai garam, hari ini kita bisa tertawa sedangkan yang lain
tersenyum saja tidak bisa, hari ini kita bisa berjalan sementara yang lain
harus merangkak, hari ini kita bisa naik sepeda sementara yang lain harus jalan
kaki, hari ini kita bisa memberi sementara yang lain harus meminta, hari ini
kita........sementara yang lain........
Kalau kita harus menghitung berapa nikmat yang sudah kita terima
dari Allah, maka jumlah pasir di tepi pantai tak akan cukup untuk mengimbanginya.
Jangan hanya berpikir bahwa nikmat itu
tatkala kita mendapatkan rezeki yang banyak, nilai ujian yang bagus, pasangan
yang ideal, ataupun anak-anak yang cerdas, ada banyak nikmat yang sudah kita
terima tapi sebenarnya kita tak pernah menyadarinya. Bagaimana kita bebas
menghirup udara tanpa kita perlu membayar, bagaimana kita bisa melihat
keindahan alam ini sekitar secara gratis, bagaimana kita bisa bertemu dengan
banyak manusia yang menyenangkan, bagaimana kita memiliki keluarga yang hangat,
bagaimana kita menemukan senyum-senyum yang penuh dengan ketulusan, bagaimana
kita dimudahkan untuk bersedekah, bagaiman kita dimudahkan untuk pergi ke
masjid, mushola untuk beribadah.
Kalau kita mau merenung, kalau kita mau berfikir, kita tidak akan
terus menghitung nikmat-nikmat itu, kita hanya perlu bersyukur disampaikan
Allah pada titik ini, sebuah titik yang kadang menurut kita belum maksimal tapi
banyak orang lain yang menginginkannya. Jangan mengeluh kalau
hari ini kita makan tempe sedangkan orang makan daging, jangan bersedih kalau hari ini kita naik sepeda sedangkan
orang lain naik mobil mewah, tak usah merasa kecewa kalau hari ini kita hanya mampu bersedekah
dengan tenaga kita sedangkan yang lain memberi dalam jumlah yang banyak.
Bersyukur atas semua nikmat ini berarti menjalani hidup ini dengan
keiklasan, kita bersyukur atas hidup ini dan jangan bandingkan dengan level di atas
kita, tetap rendah hati jangan selalu menengok ke atas karena itu bukan tempat
kita. Masih banyak saudara kita yang hidupnya tidak seberuntung
kita, mereka kekurangan, kehilangan dan tidak berkecukupan. Mulai hari ini
usahakan jangan mengeluh, tak usah berkeluh kesah, jangan bersedih, dan
usahakan untuk selalu bahagia. Maka tersenyumlah untuk hidupmu karena
sebenarnya hidup ini indah.
Semua yang kita miliki sudah sesuai dengan porsinya, Allah tahu benar kapan saat harus memberi dan kapan saat
dia harus mengambil apa yang sudah dia titipkan kepada kita. Sampai di akhir
tulisan ini teringat sebuah ceramah dari Zainudin M.Z tentang “Kisah Tukang Parkir”
Tukang parkir adalah pemilik mobil terbanyak, mobilnya
bagus-bagus, datang dan pergi silih berganti, sampai suatu hari semua mobilnya
habis, tapi tukang parkir tak pernah sedih, karena tukang parkir menyadari
bahwa mobil-mobil tadi hanyalah titipan. Sudah selayaknya kita bersikap dan
berfikir seperti tukang parkir tadi, bahwa semua yang kita miliki adalah
titipan, kita hanya perlu bersyukur dan iklas menjalani hidup ini karena semua
itu sudah digariskan.
Jadi sudah bersyukurkah kita hari ini....?
Sabtu, 17 November 2018
APAKAH KEMARAHAN HARUS DIUNGKAPKAN........?
Tulisan ini dimulai dengan satu pertanyaan “Apakah
kemarahan harus kita ungkapkan...?” Jawaban dari pertanyaan ini ternyata
beragam, tapi ada sebuah jawaban yang benar-benar luar biasa. “Marah itu harus diungkapkan, harus dilampiaskan karena kalau
tidak itu, akan membebani kita,
bisa-bisa kena sakit hipertensi atau darah tinggi. Marah ternyata bisa membuat
kita lega, karena kita tak perlu memendam apa-apa. Kita bisa merasa plooong
karena marah ternyata membuat kita terbebas dari beban, jadi intinya marah itu
boleh, bahkan harus karena itu membantu
kita merasa lebih baik....”Oke juga jawaban itu, karena ternyata marah bisa melegakan perasaan, terus
bagaimana dengan yang jadi sasaran
kemarahan... kasihan juga ya kalau begitu...? Entah itu manusia, hewan atau
tumbuhan semua akan merasa sedih jika jadi sasaran kemarahan, apalagi jika
sebenarnya bukan kita yang menyebabkan kemarahan itu.
Ada sebuah cerita “Suatu hari, di sebuah kantor ada kunjungan dari seorang
pejabat, kebetulan hari itu banyak pegawai yang tidak masuk. Seorang pegawai
yang ditanya tidak bisa memberikan jawaban yang tepat kenapa teman-temannya
banyak yang tidak masuk hari itu. Jawaban itu ternyata membuat sang pejabat
naik pitam alias marah, pegawai tersebut akhirnya dimarahi habis-habisan sampai
akhirnya pejabat tadi pulang. Sebenarnya siapa yang salah?, bukankah orang lain
yang bolos kerja?, bukankah harusnya pejabat tadi marah kepada pegawai yang
tidak masuk...?., tapi kenapa pegawai tadi yang jadi sasaran kemarahan?. Sang
pejabat mungkin merasa lega karena dia sudah melepaskan kemarahannya, dia
merasa lebih nyaman setelah marah. Tapi bagaimana dengan pegawai tadi, apa yang
dirasakannya...?. Dia akan mengalami kesedihan yang luar biasa, dia terluka,
dan dia memiliki kenangan yang buruk atas kejadian yang dia alami. Kalau pada
selanjutnya dia memberikan reaksi yang baik okelah...., tapi bagaimana kalau
selanjutnya dia juga merasa berhak marah kepada temannya, kepada pasangannya,
kepada anaknya. Bukankah kemarahan akhirnya jadi rantai yang saling menjerat?”
Cerita seperti tadi mungkin banyak kita ditemui, seorang guru yang marah kepada
muridnya, orang tua yang memarahi anaknya, bos yang memarahi karyawannya, dan
banyak lagi cerita tentang kemarahan di sekeliling kita. Jadi perlukan
marah....?
Kemarahan itu terjadi karena kita tidak bisa
mengendalikan emosi, orang yang suka marah bisa
marah hanya karena persoalan-persoalan sepele. Jadi karena hal-hal kecil
orang bisa marah dan mencari pelampiasan untuk menumpahkan kemarahannya.
Padahal kalau kita marah kita mengeluarkan energi yang besar
untuk mengungkapkan kemarahan itu. Ketika kita melukai orang lain sebenarnya
kita juga sedang merencanakan untuk
melukai diri kita sendiri.
Bagaimana tidak...?
Ya karena orang lain selanjutnya akan merasa perlu menjauhi kita, mereka
tidak nyaman karena takut akan jadi sasaran kemarahan kita, terlalu
berhati-hati menghadapi kita karena merasa takut salah. Kalau sudah seperti
kita yang akan merasa kesepian, terasing, dan sendiri. Kemarahan itu akhirnya
menjadi jurang pemisah antara kita dengan orang-orang yang seharusnya menjadi
sahabat kita.
Harus
pandai mengelola kemarahan,
misalnya saat nilai ujian kita turun,
kita bisa marah dengan lebih rajin belajar, ketika pekerjaan kita dinilai
kurang bagus oleh bos, kita bisa marah dengan cara menunjukkan performance
terbaik kita, ketika pasangan kita selingkuh, kita bisa marah dengan jalan
menjaga kesetiaan kita. Ada banyak hal positif yang bisa didapatkan saat marah,
tapi sepertinya melampiaskan kemarahan atau kekesalan kepada orang lain
bukan cara yang cukup bijaksana.
Ingat tanpa
marahpun semua bisa berjalan dengan baik-baik saja, ada guru yang mengajar
dengan penuh kelembutan siswa-siswanya ternyata begitu menghormatinya, ada pimpinan yang dicintai karyawannya karena dia memimpin
dengan senyumnya, ada orang tua yang begitu disayangi anaknya karena mereka
mendidik dengan cintanya, ada pasangan yang saling mengasihi karena mereka
berkomitmen lewat pengertiannya. Banyak hal indah yang bisa hadir tanpa
kemarahan, banyak kelegaan yang bisa ditampilkan tanpa menyakiti orang lain,
banyak kemudahan yang terjadi adanya komunikasi yang baik antara kita.
Kalau tanpa marah semua bisa berjalan dengan
baik-baik saja, kenapa harus marah....?
Kamis, 15 November 2018
MENULIS APA HARI INI........?
Sudah berjam-jam di depan komputer tak satupun kalimat
bisa dituliskan, teringat film anak-anak Spongebob yang mendapat tugas menulis
esai dari Mrs. Puff, satu jam, dua jam, satu hari, dua hari sampai berhari-hari esai itu tak pernah bisa diselesaikan. Kondisi
itu sama dengan kondisi tulisan ini, rasanya tak ada ide, tak ada yang
perlu dituliskan, tak ada yang perlu diceritakan.
Tapi apakah benar bahwa suatu saat manusia itu kehabisan ide, atau tepatnya tak
ada ide?
Mungkin bisa menulis tentang hobi, tentang
perjalanan, tentang pengalaman-pengalaman masa lalu, motivasi, dan bisa juga
berfilsafat. Ini jadi hal susah kalau kita tidak segera memulainya, karena pekerjaan
apapun jika kita belum memulai semua akan sulit. Jadi kita harus memberanikan
diri untuk memulai dan semuanya akan mengalir begitu saja tanpa bisa kita
bendung, satu dua paragraf, satu dua bab, bahkan berlembar-lembar tulisan akan
bisa kita hasikan jika kita sudah memutuskan untuk “memulai”.
Lantas bagaimana memulainya....? Mungkin nggak
perlu muluk-muluk, cukup kita hidupkan komputer kita, dan kita tulis kalimat
yang paling kita sukai, hal yang kita sukai biasanya akan mudah kita tuliskan
dibandingkan hal yang tidak kita sukai, Sebagai langkah awal, usahakan menulis hal yang dekat
dengan dunia kita, misalnya seorang guru dia bisa menulis tentang dunia pendidikan,
seorang ibu rumah tangga bisa menulis tentang resep-resep makanan atau sekitar
pola asuh anak, kalau kita seorang pelajar bisa menulis tentang pengalaman saat
sekolah, semua akan mudah ketika kita sudah putuskan untuk memulai. Dan kalau tulisan pertama belum
memuaskan kita, jangan
buru-buru memberikan penilaian “kita tidak bisa menulis”, karena satu tulisan
tidak serta merta bisa menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya. Lantas harus berapa kali sampai dikatakan tulisan
kita berkualitas.....? Bisa, sepuluh, dua puluh, seratus, dua ratus, bahkan
sampai pada bilangan yang tidak bisa dihitung. Semakin banyak kita menulis maka
akan semakin mudah kita bisa menuangkan ide-ide di kepala kita melalui tulisan.
Harapan banyak orang sih, sekali kita menulis, orang lain akan mengatakan tulisan kita bagus.
Harapan itu tak salah, memang ada kecenderungan untuk seperti itu. Apakah ada yang kondisinya seperti itu....?
Ada juga sih, tapi untuk kebanyakan orang, menulis itu memerlukan proses yang begitu
panjang, akan banyak kita jumpai salah dan keliru sampai kemudian kita bisa
dikatakan “piawai”. Menulis bukan
pekerjaan instan, ada peran-peran dari aspek kognisi kita yang harus mendukung,
peran dari kemauan (baca motivasi) peran dari pengalaman, dan peran-peran lain
yang secara langsung dan tak langsung mempengaruhi kita dalam menulis. Tapi
sejauh ini pekerjaan menulis bisa dikatakan sebagai sebuah pekerjaan yang
sangat keren, karena tidak semua orang bisa melakukannya..... Setuju nggak...?
SABAR ITU SAMPAI KAPAN....
Tulisan ini kembali dimulai dengan sebuah kalimat motivasi “ Apa yang sedang kamu doakan, sedang Tuhan
kerjakan, percayalah semua akan indah menurut rencana-Nya dan waktu-Nya”. Nah
kalau semua manusia tahu kalimat motivasi itu, tidak akan pernah ada manusia
yang berburuk sangka kepada Tuhan kalau doa-doanya selama ini tidak dikabulkan.
Tidak akan pernah merasa sendiri dan sedih karena sebenarnya Tuhan akan selalu
memperhatikan dan mengawasi kita, kita hanya harus merasa yakin bahwa suatu
saat kebahagiaan itu akan dikirim Tuhan untuk kita.
Masalahnya kita tak tahu kapan kebahagiaan itu
akan datang untuk kita, kita tak tahu kapan kiriman keindahan itu akan segera
diwujudkan. Dan ini yang akhirnya jadi masalah, lebih jadi masalah lagi ketika
kita masuk dalam kategori “orang yang tidak sabar” untuk menunggu masa itu. Pada saat seperti itulah, ujian sebenarnya datang, berapa lama kita akan bisa bersama “kesabaran
kita” menunggui saat-saat itu. Dalam masa penantian itulah akan muncul rasa
galau, sedih, terasing, dan beragam perasaan yang biasanya terkumpul karena
ketidaksabaran kita. Makanya muncul kalimat
“Pekerjaan yang paling menjemukan adalah menunggu”. Kenapa seperti itu, ya karena memang seperti
itu kenyataanya. Ditambah lagi dengan
ketidakpastian yang tak kunjung sampai membuat pekerjaan ini menjadi ujian yang
sangat berat.
Semua akan indah menurut rencanaNya dan waktuNya, dari
kalimat ini sebenarnya kita diingatkan bahwa Tuhan akan memilih waktu yang tepat untuk memberikan
kebahagiaan itu, kita sebagaimana manusia yang kadang sok tahu, menginginkan
sesuatu yang belum saatnya diberikan Tuhan , sok ngatur seolah-olah tahu mana
yang terbaik untuk kehidupan kita. Waktu terbaik menurut Tuhan mungkin tidak sama menurut kita, disaat ini
yang kadang membuat manusia berfikir “Allah tidak mengabulkan doa kita”,
sebenarnya bukan tidak mengabulkan doa, tapi belum saatnya dikabulkan, karena
waktu yang dinilai belum tepat oleh Tuhan. Jadi bersabarlah....
Pada saat kita menunggu kebahagiaan itu, sebenarnya
Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk
menjadi manusia yang lebih kuat, manusia yang lebih baik, manusia yang pandai
bersyukur, manusia yang lebih sabar. Ada hikmah yang ingin ditunjukan Allah
lewat penantian itu, bahwa untuk menjadi orang yang lebih baik harus ada
tempaan cobaan dan kesedihan, harus ada luka dan air mata, harus ada badai dan
topan yang memporakporandakan hidup kita. Jika itu sudah berlalu yakinlah bahwa
setelah hujan badai akan muncul pelangi, setelah kesulitan akan ada kemudahan,
dan dibalik air mata akan ada kebahagiaan. Dan ternyata semua itu tidak mudah kita lewati....
Selasa, 13 November 2018
LANGIT BELUM BIRU.....
Tulisan kali ini dimulai dengan sebuah kalimat motivasi “Hari kemarin,
bagaimana pun baik atau buruknya, telah berlalu. Hari ini adalah, waktu untuk melihat langit,
biru yang cerah”. Kalimat di atas bisa diberikan makna, bahwa yang terjadi di hari-hari kemarin ya
sudahlah, hari ini kita harus kita buat menjadi hari yang penuh kebahagiaan dan
harapan. Semua manusia memang menginginkan untuk bisa melakukan itu, selalu
optimis dalam menjalani hari-harinya dan segera melupakan masa lalu.
Tapi, bagaimana jika hari ini ternyata ada
bayang-bayang yang menghalangi kita
untuk memandang langit biru itu. Bagaimana jika hari kemarin tidak bisa
kita tinggalkan, namun kembali menyertai kita. Mengajak kita untuk kembali ke
hari kemarin lagi. Sebenarnya ini salah
siapa.....Kenapa istilah “move on” ternyata bukan masalah yang gampang. Semua jadi
rumit dan komplek karena ternyata manusia-manusia yang punya masalah seperti
itu jumlahnya sangat banyak. Dan kalau ditanya “kenapa nggak bisa move on”
rata-rata mereka tidak bisa memberikan alasan
kenapa bisa seperti itu.
Kalau hari
kemarin itu “membahagiakan” mungkin ngak apa-apa kalau kita
ingin berlama-lama bersamanya, tapi
jika hari kemarin itu adalah hari yang buruk kita akan terjebak dalam perangkap bernama “kesedihan”.
Kebanyakan kita berharap bahwa “waktu” yang akan membantu untuk menyelesaikan masalah
itu, memang ada yang kemudian melupakan hari kemarin dengan berjalannya waktu,
besaran waktunya berbeda-beda untuk setiap orang, tapi yang jelasnya waktunya
nggak sebentar. Setahun, dua tahun sampai tak terbilang waktu yang kita gunakan
untuk melupakan masalah itu.
Kalau saja hidup bisa
selalu seperti harapan kita, tentunya tidak akan ada istilah bernama “penyesalan”.
Tidak perlu ada kalimat “Kalau saja waktu dapat kembali....” Kita dapat atur-atur hidup kita persis sama seperti yang kita
rencanakan. Tapi kalau kehidupan seperti itu, rasanya tidak akan ada “kejutan lagi”, bukankah kebahagiaan dan kesedihan yang diberikan kepada
kita membuat hidup jadi berwarna dan penuh
dengan hal yang tidak kita duga. Apakah
menyenangkan jika “kebahagiaan” itu direncanakan, “kesedihan” direncanakan. Bukankah
akan sangat menyenangkan ketika kita sedih tiba-tiba datang kebahagiaan, akan ada kejutan saat kita bahagia lantas kita
diberikan kesedihan, saat kita sesak kita diberikan solusi, saat sempit kita
diberikan kelapangan. Hidup ini bukan
kita yang atur, tapi ada yang Maha Hak, yang sudah menuliskannya, kalau hari
ini kita belum melihat langit biru itu, yakinlah bahwa ada besok lusa yang akan
diberikan, tidak hanya langit yang berwarna biru, tapi juga akan disertai
dengan pelangi.
Senin, 12 November 2018
KETIKA DIPERSALAHKAN HARUS NGAPAIN KITA...?
Manusia adalah
tempatnya salah, kesalahan itu bisa terjadi karena ketidaksengajaan ataupun
disengaja. Kadang sudah sangat berhati-hati dalam melakukan sebuah pekerjaan,
tapi kesalahan itu masih muncul juga. Yang hadir kemudian adalah orang-orang
yang datang dengan banyak keluhan tentang kesalahan kita, kalau hanya keluhan
mungkin tak terlalu masalah, tapi kalau kemudian kemarahan dan kekesalan yang
ditumpahkan, ah itu sangat menyedihkan sekali...
Di samping sedih pasti “kecewa”, mengapa kecewa, iyalah... kita sudah
bersusah payah dengan pekerjaan kita, tapi
ternyata dinilai salah dengan cara yang menyakitkan. Kalau caranya halus dan elegan mungkin tak terlalu masalah
tapi kalau sudah menyakitkan hati ? Itu akan
sangat melukai kita dan akan
terus berbekas. Menyakiti hati orang
lain seperti menancapkan paku pada kayu, ketika kemudian paku itu dicabut akan
menimbulkan bekas yang tidak bisa hilang. Menegur orang yang salah itu wajib,
tapi bagaimana cara menegur, itu yang harus diperhatikan.
Lantas kalau sudah terlanjur
salah harus ngapain kita....?
Nggak perlu
ngapa-ngapain dulu, karena yang biasa dilakukan (khusus perempuan) saat dipersalahkan adalah menangis, kenapa
menangis...? Perempuan itu begitu halus perasaanya, ketika harus berhadapan
dengan kekasaran ya nggak apa-apa nangis, mumpung gratis ....? Lagian menangis juga membuang energi negatif dari diri
kita, ada perasaan lega karena beban bisa dibuang melalui air mata. Kalau sudah
selesai nangisnya ini yang musti dan
kudu dilakukan, “minta maaf”.
Ada kalimat “sudah sakit tapi
tetap harus minta maaf....”. Ya itu adalah upaya kita menunjukkan kebesaran
hati kita, bahwa kita tetap manusia yang mau dikoreksi oleh orang lain. Yang
menyedihkan adalah kalau selanjutnya kita selalu
terus dianggap “salah” walau sebenarnya
kita berada di tempat yang benar. Jadi tepat ungkapan “Panas setahun dihapus hujan sehari”
Kebaikan yang dilakukan sepanjang hidup kita, hilang karena satu kesalahan” dan
untuk membangun kepercayaan lagi harus dilakukan dengan tambahan keraguan dari
orang-orang sekitar kita.
Mungkin benar ketika kita
dipersalahkan yang muncul kemudian adalah rasa takut untuk melakukan sesuatu, sakit
yang ada dalam
hati kita tidak begitu saja bisa dilupakan.
Akhirnya apa yang terjadi, kita tidak
melakukan apa-apa karena takut dipersalahkan. Harusnya
tidak seperti itu, tapi kalau dengan diamnya kita membuat orang lain merasa
senang, ya sudahlah,
mungkin diam itu lebih
baik. Mengutip sabda Rasulullah "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam". (untuk sebuah
kesalahan yang tidak sengaja aku lakukan....)
Minggu, 11 November 2018
SAAT MASA LALU HADIR...
Tak jarang ketika kita menemukan suatu barang lama,
atau bertemu dengan seseorang membawa kita kembali ke masa lalu. Masa lalu itu
bisa masa kecil, masa sekolah, masa pacaran, atau masa-masa yang pernah terjadi
dalam kehidupan kita. Ketika kembali ke masa lalu, akan muncul berbagai
perasaan seperti malu, kangen, sedih, bahagia dan perasaan-perasaan lain yang
biasanya campur aduk. Semua orang memiliki masa lalu, dan itu akan terus
mengikuti kita sampai kapanpun, kadang kita memang meninggalkannya di
tempat-tempat yang jauh dalam hati kita, tapi untuk membuangnya sama sekali itu
nggak mungkin.
Ketika masa lalu itu hadir, reaksi seseorang dengan
orang yang lain akan berbeda-beda, ada yang kemudian berlama-lama mengenangkan
masa itu (biasanya untuk masa lalu yang indah), ada yang kemudian buru-buru
melupakan (biasanya ini masa lalu yang menyedihkan), dan ada juga yang kemudian
senyum-senyum malu nggak jelas (ini biasanya untuk masa lalu yang konyol), dan
anehnya lagi ketika ingat sama masa lalu seseorang akan berandai-andai “Coba aku dulu....”, ini biasanya untuk masa lalu
yang tidak sampai. Hah...
Tidak ada salah
mengingat masa lalu, bukan dosa juga sih (tapi jangan juga jadi hobi) ....malah bisa jadi pengingat untuk setiap
langkah-langkah kita, mengambil setiap hikmah dari hal-hal yang sudah terjadi, memetik
pelajaran agar kaki kita senantiasa kuat untuk menyongsong masa yang akan
datang. Kalau kita bijak, masa lalu akan menjadi cambuk untuk
menggiring kita menjadi manusia yang lebih baik. Harusnya seperti itu sih.....
Aaah masa lalu, dimana kau kini...hahahaa....
Sabtu, 10 November 2018
BELAJAR ITU BERPROSES....
Belajar dapat diartikan sebagai sebuah
kegiatan yang dilakukan manusia untuk mendapatkan atau memperoleh pengetahuan.
Jadi belajar jangan hanya dimaknai
seperti belajar di sekolah seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Belajar
yang dibicarakan di sini adalah arti belajar yang lebih umum atau lebih luas. Contohnya
belajar memasak, menulis, mengoperasikan komputer, belajar bernyanyi, menari, memainkan alat musik, dan lain-lain.
Kebanyakan ketika belajar kita maunya
cepat bisa atau cepat selesai, kita
sering kali tidak sabaran untuk menyelesaikan proses pembelajaran itu. Beberapa orang memang dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata sehingga ketika belajar dia memerlukan waktu
yang lebih sedikit dibandingkan orang pada
umumnya. Dan yang bikin kheki lagi orang-orang seperti ini ketika belajar juga
kelihatan lebih santai atau tak perlu ngoyo berpayah-payah untuk menerima bahan
pelajaran. Orang-orang seperti ini jumlahnya sangat sedikit tapi orang yang
menginginkan kemampuan seperti itu
teryata sangat banyak.
Kebanyakan kita, ketika belajar memerlukan waktu yang lumayan
lama atau bahkan sangat lama untuk mempelajari sesuatu. Tidak paham, harus diulang,
tidak mengerti, harus dikaji dan itu
harus berulang-ulang dilakukan baru kita mudeng. Seseorang yang paham bahwa
salah satu ciri belajar adalah sebuah proses tidak akan mempermasalahkan hal
seperti itu, bahkan akan menganggap proses belajar adalah bagian yang
menyenangkan. Nah, bagaimana dengan orang-orang yang
nggak paham?
Perlu dilakukan perobahan pola pikir,
bahwa belajar itu tidak semudah mencari informasi di internet, ada
tahapan-tahapan yang harus dilalui, dan tahapan itu panjang. Seseorang yang selalu
belajar akan mudah menyesuaikan diri dengan pengetahuan dan wawasan baru,
karena pada prinsipnya dia sudah memiliki pengalaman untuk memahami hal baru
tersebut. Sebaliknya orang yang tidak pernah belajar akan menganggap belajar itu susah dan menyengsarakan, jangankan untuk
belajar bahkan untuk memulai belajar saja orang akan berpikir ribuan kali.
Kalau sudah demikian apa yang harus dilakukan? Yang jelas kita harus menyukai
dulu apa yang kita pelajari. Kenali diri kita, apa yang menjadi mau kita, setelah
kita tahu baru kita putuskan dari mana kita akan mulai belajar. Jadi ayo kenali
diri kita, dan jangan lelah belajar.....
Kamis, 08 November 2018
KETIKA DALAM KONDISI YANG TIDAK MENYENANGKAN.....
Berbicara tentang
kondisi yang tidak menyenangkan pasti semua orang pernah mengalaminya. Kondisi
itu bisa berupa tempat dan situasi yang
tidak menyenangkan, teman yang menyebalkan,
pilihan yang membingungkan, ataupun harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Parahnya kondisi itu menjebak kita hingga kita tidak bisa lari menghindarinya,
dan yang menyedihkan lagi kondisi itu ternyata datang berulang-ulang.
Tapi sebenarnya ada catatan
yang bisa kita ambil dari peristiwa-peristiwa semacam itu. Yang jelas salah
satu point dari kondisi itu adalah melatih kesabaran kita, menikmati setiap
menit yang tidak menyenangkan, tanpa berkeluh kesah dan menyakini bahwa itu
akan ada akhirnya. Bagaimana kemudian kita bisa melewati hal yang tidak menyenangkan
itu dengan berpikir bahwa “tidak hanya kita”
tapi banyak orang lain yang juga dalam kondisi itu, bahkan mungkin kondisinya lebih parah dari posisi
kita. Juga berpikir bahwa ternyata kondisi yang tidak kita sukai tersebut ternyata diinginkan oleh banyak orang dengan alasan-alasan yang berbeda. Kita tidak tahu kan....?
Ketika kita dalam kondisi
yang tidak menyenangkan ada baiknya kita mengingat hal-hal menyenangkan yang pernah terjadi dalam kehidupan kita, mencoba membandingkan bahwa ternyata lebih banyak
hal indah dalam hidup kita dibandingkan saat-saat yang tidak menyenangkan. Cara
ini ternyata mengalirkan rasa syukur dalam diri kita, tapi ingat yang kita
bandingkan adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, bukan
kisah yang dimiliki orang lain, karena kalau itu yang diingat kita malah akan
terjebak dalam posisi mblasak, alias nelangsa yang tidak berkesudahan.
Kondisi yang tidak menyenangkan juga menjadi koreksi agar ke depannya kita mampu hadapi situasi ini dengan cara pandang yang berbeda. Menganggap
bahwa ini adalah bagian hidup yang akan menempa kita agar ke depannya kita menjadi manusia
yang lebih kuat dan bijaksana. Kalau hidup ini hanya tentang yang indah-indah
saja, maka tidak ada seninya lagi hidup ini, karena akan datar dan monoton. Kenapa tidak
mengganggap bahwa kondisi yang tidak menyenangkan itu sebuah tanjakan, yang
harus kita lalui dengan susah payah, tapi pada akhirnya dibalik tanjakan ada
turunan yang bisa kita maknai sebagai sebuah kebahagiaan atau keberhasilan.
Patut dicoba bukan....?
Rabu, 07 November 2018
LIHAT DI SEKITAR KITA
Berbagai
hal yang menakjubkan ada di sekitar kita, tapi kebanyakan kita tidak
menemukannya, kenapa ya.... Sebenarnya hidup ini sederhana, tapi kita yang
terlalu ribet cara berpikirnya, ada kisah
seorang ibu yang kehilangan uangnya 100 ribu, dia menangis sepanjang
jalan meratapi kehilangannya, ketika kemudian dia bertemu dengan seseorang yang
mau menggantikan uang tersebut, seharusnya sang ibu tidak harus merasa sedih
lagi, tapi lagi-lagi dia berkeluh kesah “Kalau uangku yang 100 ribu tidak
hilang harusnya hari ini aku punya 200 ribu”.
Kisah ibu di atas mungkin bukan satu-satunya
cerita yang bisa kita jadikan contoh betapa hidup kita ini selalu ribet dengan
cara berpikir kita, contoh kecil ketika kita berbelanja, di tempat teman kita dikasih harga 250 ribu,
di supermarket kita dikasih harga 230 ribu, di online kita dikasih harga 200 ribu. Dengan variasi harga yang tidak berbeda
jauh akhirnya, kita memutuskan untuk
belanja secara online. Ketika barang sampai ternyata barang itu spesifikasinya
tidak sesuai dengan harapan kita, akhirnya kita kecewa. Sederhananya
ketika teman menawarkan barang untuk dijual, teman tidak mungkin akan menipu kita dengan
memberikan barang yang asal-asalan atau
tidak berkualitas, tapi karena cara berfikir
kita yang akhirnya membuat
kita terjebak dalam keribetan yang luar biasa.
Ketika tetangga beli
mobil, (kebetulan kita belum punya mobil), kita berpikir bahwa kita sudah
tertinggal, kita kalah mentereng, kalah gengsi dan semua kondisi yang membuat
kita seolah-olah tersudut dalam sebuah posisi seolah-olah kita merana dan
menderita. Kenapa tidak berpikir lebih sederhana bahwa kalau tetangga kita
punya mobil baru berarti kita tak usah berpayah-payah ketika kita ingin minta
tumpangan, kita tidak berlu susah hati ketika harus meminjam mobil, dan
berusaha untuk berpikir positif bahwa suatu saat ketika sampai waktunya kita
juga bakalan punya mobil sendiri.
(hehehe.....ngarep juga)
Banyak hal ajaib yang
ada di sekitar kita,kita hanya perlu lebih jeli untuk melihatnya, kita
bersyukur karena hari ini kita masih bisa berjalan kaki sementara yang lain
harus merangkak, kita bersyukur hari ini kita masih sehat sementara yang lain
menderita sakit, kita bersyukur karena kita masih bisa memberi, sementara yang
lain harus meminta, kita bersyukur hari ini masih bisa makan, sedangkan yang
lain kelaparan.
Jangan selalu melihat ke
atas, ke tempat dimana kita susah untuk menjangkaunya, kita hanya perlu menyederhanakan
cara berpikir, bahwa semua yang ada dalam diri kita adalah bagian kita, Allah
selalu memberikan yang terbaik untuk kita, sesuai dengan kebutuhan kita.
Langganan:
Komentar (Atom)
-
Hari ini ada perasaan geli sekaligus sebel ketika aku harus mengajar di kelas XII IPS.3. Bagaimana nggak, dalam pembelajaran hari ini, mer...
-
T eks biografi termasuk teks narasi. Oleh karena itu, struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya, seperti cerpe...
-
Di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat, ungkapan itu mungkin sudah sering kita dengarkan. Terus dibalik wanita yang sukses ...